Radiansyah dan adiknya Wulan Zaskia  pagi menjelang siang, Kamis (23/11/2017) lalu terlihat lelap. Ditemani sang ibunda dan abang kandungnya, anak kelima dan ketujuh dari pasangan Syarimah dan Ridwan Dahlan  tak mengenakan pakaian lengkap, hana pembalut di bagian organnya. Infus masih tertancam di tangan mereka.  Kulitnya yang mengelupas terlihat jelas saat mereka berbaring di sal ruang Nabawi Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainoel Abidin, Banda Aceh.Â
Ruang sal tempat dua bocah ini dirawat membaur bersama tiga pasien dewasa yang  mengalami keluhan sakit kulit dan kelamin. Ruang khusus penyakit kulit dan kelamin ini juga dirawat lelaki dan perempuan dewasa  yang hanya berbatas tirai. Radiansyah menjalani perawat di tempat tidur terpisah dengan adiknya, Wulan Zaskia.Â
Jam menunjukkan pukul 10 siang waktu Indonesia Bagian Barat. Dua bocah ini belum membuka mata meskipun di sekitar tempat tidurnya mulai gaduh dengan petugas dan keluarga pasien lain. Mereka berdua tidur terpisah dengan posisi yang tidak menentu.Â
"Kasihan dibangunkan, karena mereka susah tidur akibat gatal di sekujur tubuhnya." ujar petugas di ruang Nabawi.Â
Tak lama berselang, saya pun bertemu dengan Sulamsih Sri Budini mengamati perkembangan pasien khususnya. Menurut Dokter Sulamsih, kedua bocah asal Bireun, Aceh ini menderita dermatitis perioral membutuhkan penanganan khusus. Meskipun penyakit kelainan genetik sulit disembuhkan, dengan perlakuan khusus akan mengurangi sakit.Â
sulamsih mengingatkan kulit pasien harus selalu lembab dan pakaian bersiah dan bebas kuman. Maka, keluargalah yang paling berperan.Â
Ironisnya, pasien yang hanya mendapatkan fasilitas BPJS ini harus disatukan dengan pasien lain. Siapa peduli derita mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H