Mohon tunggu...
Afzil Ramadian
Afzil Ramadian Mohon Tunggu... Lainnya - Aparatur Sipil Negara di Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Dosen di Universitas Djuanda Bogor

Saya sebagai orang yang suka berbagi informasi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Gambaran Nelayan Perikanan Darat di Sekitar Sungai Warmon Papua Barat

19 Agustus 2022   16:08 Diperbarui: 19 Agustus 2022   16:19 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai warmon Provinsi Papua Barat. Foto: Afzil

Berdasarkan data wilayah Papua memiliki 2.214 daerah aliran sungai, yang dikelola oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) yang merupakan unit pelaksanaan teknis di bidang pengelolaan daerah aliran sungai dan hutan lindung  dibawah tanggung jawab  Direktur Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). 

Wilayah Provinsi Papua dengan BPDASHL Memberamo mengelola 586 DAS, dan wilayah Provinsi Papua Barat dengan BPDASHL Remu Ransiki mengelola 1.626 DAS.

Salah satu Daerah Aliran Sungai (DAS) di Papua Barat adalah sungai Warmon yang memiliki potensi dan hasil produksi kepiting bakau yang cukup tinggi, terutama potensi di Sorong Selatan, Papua Barat (sesuai hasil wawancara yang dilakukan oleh kepala bidang Perikanan Sorong, Papua Barat). 

Hal ini didukung dengan ekositem Hutan mangrove di Papua dan Papua Barat sebanyak 1.350.600,00 ha atau 39,50 % dari total di Indonesia. 

Sementara itu berdasarkan hasil survei tim Sea Project-USAID Indonesia luas hutan mangrove Kabupaten Sorong Selatan mencapai 77.596,00 ha atau 2,5 % dari total di Indonesia dan 5,8 % dari total mangrove di Papua dan Papua Barat.

Hasil wawancara di lapangan, nelayan menangkap kepiting dengan menggunakan bubu kepiting yang berbentuk 2 kerangka lingkaran ditutup / dilapisi jaring PE, mempunyai 2 lubang injab (disamping), dibentuk dengan bantuan tiang kayu penyangga dan berfungsi untuk menamcapkan bubu di dasar perairan daerah penangkapan, sebagai atraktor dipasang umpan (ikan rucah). 

Perangkap dipasang dengan cara ditancapkan di tepi sungai di sekitar tumbuhan bakau. Perangkap dibiarkan sekitar 5 jam di lokasi tersebut. Nelayan memasang sekitar 40-50 perangkap. 

Jumlah kepiting yang masuk ke dalam perangkap berkisar antara 2-10 ekor dengan ukuran bervariasi dari ukuran kecil sampai ukuran 1 kg lebih, tergantung kondisi tinggi muka air karena pasang/musim. Ketika musim air tinggi/air pasang, jumlah kepiting akan banyak. 

Pada saat pasang besar hasil tangkapan dapat mencapai 600 kg, yaitu pada saat tanggal 10-16 bulan/penanggalan jawa. Pemasangan bubu dilakukan saat air pasang dan dibiarkan selama 5 jam. Hasil tangkapan kepiting dikirimkan ke pengumpul setiap 2 hari sekali.

Alat Tangkap Bubu. Foto: Afzil
Alat Tangkap Bubu. Foto: Afzil

Harga kepiting sekitar Rp. 40-60 ribu/kg untuk ukuran kepiting 1 kg keatas. Di Kabupaten Sorong ada sekitar 4 pengumpul/pengepul.  Nelayan penangkap kepiitng diberi modal umpan dan alat tangkap. 

Harga alat tangkap/bubu kepiting sekitar Rp.50.000,-. Umpan yang digunakan antara lain kepala tuna dan belut. Bila kepiting yang tertangkap berukuran dibawah 150 gr, maka akan dikembalikan ke air. Rata-rata nelayan menangkap kepiting mendapatkan 200 - 1000 g atau 2 -- 5 ekor (per hari) setiap hari.

Pengukuran kepiting. Foto: Afzil
Pengukuran kepiting. Foto: Afzil

Yang unik dan perlu ditiru dari perilaku nelayan di sungai warmon ini adalah kesadaran untuk melepaskan hasil tangkapan terhadap kepiting yang matang gonad. Sehingga dapat disimpulkan nelayan memiliki prinsip pengelolaan yang keberlanjutan.

Dari hasil pengamatan, nelayan sekitar warmon masih membutuhkan dukungan baik dari pemerintah maupun sektor swasta. Agar peningkatan perekonomian dari nelayan sekitar sungai warmon dapat tercipta.

Tim survey DJPT, Dinas Perikanan Sorong dan BRIN. Foto: Afzil
Tim survey DJPT, Dinas Perikanan Sorong dan BRIN. Foto: Afzil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun