Dcngan bekal intuisi yang tajam dan pcrasaannya yang Icmbut --- pcrcmpuan Iebih cocok mcnjadi jaksa, hakim, pcmimpin bangsa. Biarlah pria mcnjadi polisi dan pcdagang dan pcngcmudi taksi... Pcmbagian tugas bcrdasarkan kcmampuan tidak tcrgantung pada cmansipasi.
Bila scorang suami mampu mcmbiayai kcluarganya, maka sang istri harus mcnggunakan waktu serta cncrginya unluk sesuatu yang lain. Tidak pcrlu ikut mcncari uang. la bisa melakukan banyak hal bagi masyarakat. Dcngan menjadi guru, dengan melayani tanpa pamrih..
Seorang "Pemikir" Tidak Bisa Menerima Perempuan sebagai Pcmimpin Bangsa. Alasannya "kuat": "Lha, dia kan mcnstruasi dan datang bulan segala."
Mau bilang apa?
Pemikir itu beranggapan bahwa ketika "didatangi bulan" scorang wanita menjadi "kotor". Bahkan, ia tidak boleh sembahyang: "Tidak bolch mcngotori tempat ibadah."
Bung, soal kotor-mengotori itu dulu. Dulu tidak ada pembalut. Dulu memang payah. Maka perempuan dibebaskan dari berbagai kewajiban.
Lain Dulu, Lain Sekarang. Sekarang, perempuan berhak atas cuti haid --- cuti yang jarang sekali diambil, dimanfaatkan. Karena, memang tidak perlu. Banyak produk yang diiklankan lewat teve. Semua itu telah mengubah keadaan perempuan, Para Sita, Draupadi, Rabiah, Maria dan Kartini sekarang sudah tidak perlu mengurung diri dalam rumah saat haid. Mereka bisa bekerja seperti biasa, bisa mengendarai mobil. Bisa melakukan apa saja.
Teman "pemikir" itu berang: "Kamu tidak memikirkan kesucian tempat ibadah. la tidak boleh mengotori tempat ibadah."
Mengotori tempat ibadah?
Maafkan saya bung, tapi saya, secara pribadi, yakin seyakin-yakinnya bahwa Kesucian Tempat Ibadah tidak selentur itu. la tidak akan hilang karena suatu proses biologis yang sangat alami.
Bagaimana dengan burung-burung yang "mengotori" atap tempat-tempat ibadah, bahkan rumah kita sendiri?