PEREMPUAN WUJUD SAKTI
"Bagaimanapun jua, aku seorang wanita, perempuan... seperti inilah kodrat kami... habis mau gimana lagi?" Ketakberdayaan ini bukanlah kodrat perempuan... Kodrat perempuan "versi" wilayah peradaban kita --- Wilayah Peradaban Sindhu.
Dalam Wilayah Peradaban Kita, perempuan adalah Wujud Saktl --- Energi, Ketika "I" dari Saktl ini bergabung dengan Sava, Jasad --- maka jasad yang tak bernyawa itu pun berubah menjadi Slva!
Siva adalah Sumber Kebahagiaan. Dan, Kebahagiaan itu ada karena Sakti. Dalam Wilayah Peradaban Sindhu, di mana kepulauan kita berada, perempuan bukanlah sekadar teman di atas ranjang. la adalah Ardhngini --- Setengah Badan. la tidaklah tercipta dari tulang rusuk pria. la adalah bagian tak terpisahkan dari pria. Sesungguhnya, ke-"pria"-an seorang pria itulah dia. Energi yang membuat pria menjadi pria --- itulah dia.
Perempuan adalah Ma -- Ibu yang Melahirkan, Merawat, dan Membesarkan. la adalah Wujud Kasih Sayang. Sebab itu, dalam wilayah peradaban kita, perempuan bukanlah simbol seks yang dapat merangsang siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Jika ada yang terangsang, maka it bukanlah kcsalahan pcrcmpuan. Perempuan tidak dihukum untuk itu. la tidak dipaksa untuk menutup seluruh tubuhnya dibalik niqab atau veil.
Peradaban Barat Pertengahan sangat meremehkan peran perempuan. Mereka terpengaruh oleh pandangan-pandangan yang berasal dari timur tengah. Cara pikir, yang walau ditentang oleh para Nabi seperti s dan Muhammad, tetaplah bertahan hingga hari ini.
Sebelumnya, Barat pun menghormati perempuan. Sisasisanya masih dapat dilihat dalam ritual dan tradisi Nordic kuno. Begitu pula dengan Timur Tengah, ketika peradaban kuno Mesir masih memengaruhinya.
Kurang Lebih 4.000-An Tahun yang Lalu, ketika kaum pria menyadari superioritas "otot"-nya dan merasa lebih hebat maka kaum perempuan pun ditindas. Penindasan yang paling hebat terjadi dalam kurun 2.000-an tahun terakhir.
Perempuan ditampilkan sebagai pembawa bencana. la dituduh sebagai sumber dosa yang menyebabkan manusia jatuh. la adalah penggoda yang harus dijauhi, atau dikuasai. Selama berabad-abad, ia dipaksa untuk memercayai kodratnya sebagai kutukan.
Seorang Pria Berusia Lanjut pun Boleh mengawini seorang gadis seumur cucunya dengan dalih "mengangkat derajat perempuan". Masyarakat menyetujui, merestui perkawinan mereka dengan membubuhkan cap kepercayaan. Hebat!
Hebat... Karena perempuan dianggap bejat, derajatnya rendah sekali. Maka, harus diangkat derajatnya dengan cara apa pun.