CREATING HARMONY
Segala Sesuatu Di Dalam Alam Ini berjalan lancar sesuai dengan kodratnya, sampai pada suatu saat manusia mulai melakukan intervensi. Dengan menggunakan kurang dari 10 persen potensi otaknya, ia berhalusinasi bahwa dirinya dapat memperbaiki alam. Ia menebang pohon secara sembarang, mengubah fungsi hutan, mendirikan bangunan di atas lahan serapan air, mengeringkan lautan, dan merasa Bahagia karena merasa berhasil menaklukkan alam. Padahal, alam tidak bisa ditaklukkan.
………………………………………………………………………………………….
Ketidaksadaran diri dan ketakharmonisan dengan alam telah menyebabkan berbagai bencana yang msih terasa dampaknya.
Belasan Ribu Tahun Yang Lalu, badai, topan, banjir hebat memunculkan pegunungan Himalaya dan memecah belah jambudwipa- Benua Besar. Kita terpisah, jarak antar kepulauan pun bertambah. Keluarga besar kita tercerai-berai. Maka, kekuatan-kekuatan asing pun dengan sangat mudah dapat menguasai kita. Terjadilah penjajahan budaya, agama, kepercayaan, adat istiadat, ekonomi dan politik.
Saat Itu Pun, Penyebabnya Arogansi Kita. Kemajuan teknologi dan sains tidak diimbangi dengan kesadaran. Saat itu pun, kita sempat merusak alam, meracuni air sungai, mencemari air laut. Akibatnya, kita warisi “dunia” yang kita huni saat ini. Belahan barat kelebihan produk susu, benua Afrika kekeurangan gizi. Amerika kelebihan produksi gandum, Asia kekuranagan. Ada daerah-daaerah Dimana air brlimpah, ada yang tandus, gersang
Orang “Bule’ harus melawan alam, karena memang alam di sana kurang bersahabat. Kita menjadi pemalas di Tengah udara yang amat lembap.
Setelah Bencana Besar Itu, Berikutnya Adalah Bencana yang terekam dalam literatur dan kitab-kitab suci Timur Tengah: Banjir yang dikaitkan dengan Nabi Nuh. Kendati demikian, antara bencana besar yang melahirkan Himalaya dari kandungan laut atau Sindhu dan banjir di masa Nabi Nuh ada masa tenang yang cukup Panjang. Hampir 10.000 tahun atau bahkan lebih dari itu.
Bencana Alam Berikutnya Yang Memengaruhi kehidupan manusia adalah letusan Krakatau; hampir 4.000 tahun kemudian. Namun antara Krakatau (Meletus pada tahun 1883, meyebabkan dunia gelap selama 2,5 hari. Getarannya terasa sampai ke Eropa. Korban jiwa 36.000 orang ) dan Tsunami 2004 kurang lebih dari dua abad.