Turnamen dan kompetisi reguler atau Liga sangat jelas berbeda, kompetisi atau Liga mencakup semua aspek dalam sepakbola salah satunya terkait program pembinaan prestasi berjenjang. Contohnya seperti di kompetisi ISL, dimana selain mempertandingkan klub-klub professional dikasta tertinggi, juga mempertandingkan skuad U-21 (junior) dari masing-masing kontestan tersebut, yang nantinya diharapakan dan diproyeksikan dapat menggantikan peran para pemain senior baik di level klub maupun di tim Nasional di masa depan.
Selain itu, sistem promosi dan degradasi yang ada di kompetisi atau Liga baik dari kasta tertinggi hingga kasta terendah adalah salah satu faktor yang membuat kegiatan sepakbola melalui kompetisi menjadi lebih kompetitif dan memiliki daya saing. Belum lagi kesempatan bagi tim papan atas untuk berlaga di event lebih besar di kawasan Asia seperti Liga Champions Asia dan Piala AFC, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi dan misi dari setiap klub untuk berlomba-lomba dan bersaing menjadi yang terbaik di kompetisi lokal.
Juru taktik tim Kabau Sirah Semen Padang Nil Maizar pun pernah menyatakan bahwa kualitas pemain takkan terjaga jika hanya digembleng lewat turnamen yang sifatnya temporer. Terlebih dari kondisi fisik pemain itu sendiri jika tanpa kompetisi. (sumber) Hal senada yang juga pernah diungkapkan mantan kapten Timnas Indonesia yang saat ini masih bermain untuk tim Pusamania Borneo, Ponaryo Astaman.
Popon sapaan akrab Ponaryo mengatakan bahwa turnamen yang digulirkan pemerintah bisa dianggap sebagai selingan, karena dari hasil turnamen ini setidaknya pemain sepakbola sedikit banyak bisa menambah pendapatan. Namun Popon menambahkan bahwa turnamen bukan sebagai obat penyembuh para pemain sepakbola. Satu-satunya solusi adalah kompetisi permanen yang sifatnya jangka panjang. (sumber)
Lalu yang menjadi pertanyaan saat ini ialah terkait kepastian waktu penyelengaraan kompetisi/liga, kapan roda kompetisi Liga Indonesia yang resmi dan diakui oleh induk sepakbola dunia (FIFA) bisa kembali dijalankan, apakah kompetisi professional dapat segera digelar meski dalam kondisi persepakbolaan yang tidak kondusif akibat konflik yang terjadi saat ini, atau kompetisi resmi baru bisa digelar setelah konflik antara Kemenpora dan PSSI ini berakhir?
PSSI sendiri melalui PT.Liga Indonesia sebetulnya sudah kembali mengeluarkan wacana terkait penyelenggaraan kompetisi yang rencananya akan kembali diputar paling lambat pada bulan Februari 2016 mendatang, hal tersebut disampaikan langsung oleh perwakilan PT.Liga Indonesia kepada delegasi FIFA dan AFC ketika rombongan utusan FIFA ini datang ke Indonesia beberapa waktu yang lalu. Namun seperti yang sudah sudah, wacana untuk menggulirkan kompetisi tersebut selalu gagal teralisasi karena banyaknya kendala yang harus dihadapi termasuk terkait masalah perizinan.
Dari pihak Kemenpora sendiri, Menpora Imam nahrawi pun “pernah” menyatakan bahwa pihaknya meyakini bahwa kompetisi akan bergulir pada Februari 2016 nanti. (sumber) Meski begitu tidak ada penjelasan lebih lanjut terkait wacana tersebut dari pihak Kemenpora, termasuk terkait siapakah pihak yang nantinya akan menjalankan kompetisi, apakah akan diserahkan pada Federasi (PSSI) atau mereka sendiri (Kemenpora dan Tim Transisi) yang berinisiatif menjalankan kompetisi.
Pada kesempatan lain terkait adanya rencana dari pihak operator kompetisi untuk kembali menggelar kompetisi ISL, pihak Kemenpora melalui BOPI menyatakan hanya akan memberikan rekomendasi izin penyelenggaraan kompetisi jika operator kompetisi yaitu PT. Liga Indonesia bersedia untuk berkoordinasi dibawah Tim Transisi bentukan Kemenpora bukan dengan PSSI yang kepengurusannya telah dibekukan, hal yang mungkin sangat sulit untuk dipenuhi PT.Liga Indonesia mengingat “keberadaan dan legalitas” dari Tim Transisi bentukan Kemenpora yang ditugaskan menggantikan kepengurusan PSSI saat inipun masih dipertanyakan.
Kabar terbaru menyebutkan jika PT. Liga Indonesia selaku promotor bersama 18 klub kontestan ISL telah sepakat untuk menyelenggarakan sebuah turnamen jangka panjang dengan format kompetisi dengan tajuk Indonesia Super Competition sebagai pengganti kompetisi Liga Super Indonesia yang dijalankan secara independen tanpa melibatkan Federasi maupun pihak terkait lainnya.
Langkah ini diambil tidak lain sebagai upaya untuk memperoleh rekomendasi atau izin dari para pihak terkait seperti BOPI, Kemenpora, dan juga PSSI agar event yang akan mereka selenggarakan ini bisa terealisasi, yang tujuannya tidak lain agar kegiatan persepakbolaan di Indonesia bisa terus berjalan.
PT.Liga Indonesia bersama 18 peserta klub ISL juga menyepakati terkait perubahan nama Perusahaan untuk event bertajuk Indonesia Super Competitionn (ISC) ini, dimana seiring berjalannya waktu kelak, perusahaan baru tersebut akan kembali melebur dan diakuisisi oleh PT.Liga Indonesia. Dan dalam pelaksanaan event ini juga nantinya, aspek komersil lebih dikedepankan sebagai sarana penunjang dan penopang bagi bergulirnya kompetisi kasta dibawahnya (ISL) seperti Divisi Utama, Liga Nusantara, dan juga Piala Soeratin. (sumber)