Pertandingan antara PSS Sleman melawan PSIS Semarang benar-benar mencoreng wajah sepakbola Indonesia. Bagaimana tidak, pertandingan yang berlangsung sangat memalukan sepanjang 90 menit dengan “LIMA GOL BUNUH DIRI” yang dipertontonkan oleh kedua tim ini menunjukan bahwa sepak bola Indonesia masih jauh dari kata “MAJU”. Pertandingan itupun mengundang kecaman banyak pihak khususnya para Insan Sepak Bola Indonesia, bahkan kejadian ini juga mendapat sorotan dari media asing (majalah Guardian Inggris) dan menjadi salah satu satu topik pemberitaan dimajalahnya. Yang menjadi pertanyaan besar, apa yang terjadi dengan sepak bola Indonesia saat ini sebenarnya, begitu boboroknya kah sepak bola Indonesia ?? apa saja yang dilakukan oleh PSSI sebagai organisasi “tertinggi” sepak bola Indonesia dalam mengelola sepak bola negaranya, diam sajakah ??
Banyak isu yang beredar bahwa dalam pertandingan PSS Sleman vs PSIS Semarang beberapa waktu lalu, dimana kedua tim seperti tidak ingin memenangkan pertandingan karena keduanya berusaha untuk menghindari kemungkinan bertemu dengan salah satu tim dari grup lainya dalam partai Semi-Final nanti, alasanya mereka takut ketika bertemu klub tersebut, tim mereka akan dicurangi dan menjadi bulan-bulanan lawan, karena ada dugaan bahwa klub tersebut sering kali diuntungkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kemenangan disetiap pertandingannya. Meskipun alasan itu tidak berdasar dan seakan mengada-ada, namun patut dicermati bahwa dalam banyak pertandingan baik di Indonesia Super League maupun Divisi Utama sering kali terjadi hujan protes dari salah satu tim karena merasa dicurangi baik oleh wasit, lawan maupun pihak-pihak terkait yang memiliki kewenangan sehingga mereka kalah.
Sebenarnya banyak sekali fakta yang menunjukan bahwa sepak bola Indonesia khususnya liga domestik masih jauh dari kata Profesional, lihat saja Divisi Utama Liga Indonesia tahun ini, terdapat beberapa pertandingan yang berakhir dengan “WO” karena lawan tidak bisa atau tidak mau bertanding dengan beragam alasan. Belum lagi dalam hal kepemimpinan wasit, dapat dilihat secara kasat mata baik melalui stasiun televisi atau ketika kita menonton langsung di stadion, bagaimana kinerja wasit ketika memimpin jalanya pertandingan masih sangat buruk, bahkan beberapa insiden yang terjadi di beberapa pertandingan di liga Indonesia terjadi karena kurangnya ketegasan wasit dan buruknya kinerja wasit dalam mempimpin pertandingan, Meski begitu masih ada wasit-wasit di Indonesia yang sebenarnya memiliki penampilan yang baik dalam memimpin jalanya sebuah laga, namun wasit-wasit yang berkualitas itu jumlahnya sangat sedikit , bahkan dapat dihitung dengan jari bila dibandingkan dengan banyaknya pertandingan di liga domestik. Dan yang paling terlihat justru adalah kinerja PSSI khususnya Komite Disiplin (Komdis) PSSI dalam menangani kasus-kasus pelanggaran baik yang menyangkut hal teknis pertandingan maupun non-teknis diluar pertandingan, banyak kasus-kasus atau pelanggaran yang sudah pernah ditindak oleh komite etik PSSI namun masih saja terjadi bahkan hingga berulang-ulang, seperti tingkah laku supporter yang buruk dalam pertandingan masih saja terjadi, padahal sudah diberi sangsi oleh PSSI, namun karena kurang tegasnya komite disiplin (Komdis) dalam memberikan sangsi, terlebih lagi sangsi tersebut dirasa kurang memberi efek jera sehingga pelanggaran-pelanggaran tersebut masih terus saja terjadi di sepakbola Indonesia.
Kejadian memalukan “Sepak Bola Gajah” yang dipertontonkan oleh dua kontestan divisi utama beberapa waktu yang lalu menunjukan bahwa, pasca berakhirnya dualisme kepengurusan PSSI, belum terlihat kemajuan yang signifikan dilakukan PSSI untuk memajukan sepak bola Indonesia. Kinerja PSSI baik lembaga-lembaga dibawah naungannya seperti Badan Tim Nasional (BTN) dan PT.Liga selaku operator liga di Indonesia masih belum optimal kinerjanya dan masih banyak yang perlu dikoreksi lagi, perlu pembenahan serius dalam hal penataan sepak bola Indonesia, khususnya dalam hal penataan Liga Domestik. Karena jika hal memalukan seperti ini masih terjadi, maka selamanya harapan Indonesia untuk menjadi “Industri Sepak Bola yang Maju dan Profesional” hanya akan menjadi wacana saja, dan impian Timnas kita untuk dapat berprestasi dan berbicara banyak di level Internasional hanya akan menjadi angan-angan dan impian belaka.
Salam,,,
Gambar: kioslambang.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H