Kontra dari Masyarakat
Penutupan TPA Piyungan juga menuai berbagai tanggapan kontra dari masyarakat. Seperti yang terjadi dalam kolom komentar pada postingan penutupan TPA Piyungan di Instagram Humas Pemda DIY @humasjogja, banyak yang mendukung ataupun menyayangkan Penutupan TPA Piyungan ini.
"Good auto banyak sampah di tepi tepi jalan lagi," tulis akun farizdylan.
"Pertenyiinnyi. Apakah TPA di Kab/Kota sudah siap?" tulis akun ripwd.
"Hmmmm... penutup TPA itu tidak salah, cuma kurang tepat saja waktunya (menurut saya).. Tidak smua masyarakat Yogyakarta sudah sadar dan faham pengelolaan sampah secara mandiri, pemerintah nya juga tidak memberikan edukasi, fasilitas, dan solusi bertahap yang kongkrit, sehingga terlihat tidak ada solusi namun justru akan menimbulkan problem baru... Banyak sampah dibuang dijalanan, sampah dibakar (polusi), banyak sampah di sungai... Masih mau Istimewa ??" tulis akun _alfonherlian.
Opini-opini tersebut bukan tanpa alasan karena ada melihat berbagai kekhawatiran yang muncul ketika banyaknya sampah bertebaran ketika TPA Piyungan ditutup sementara 2023 lalu sedangkan sekarang TPA Piyungan akan ditutup secara permanen. Memang benar jika banyak masyarakat Jogja yang belum sadar untuk mengelola sampah secara bijak. Hal ini dapat dibuktikan dengan tren kualitas udara Yogyakarta yang memburuk akhir-akhir ini.
Pemda, Pemkot, dan Pemkab harus memberikan solusi yang lebih solutif karena dengan solusi yang ditawarkan sudah sangat menjamur sehingga apa yang disampaikan tidak akan menjadi sebuah perbuatan yang nyata. Pemerintah harus memberi solusi yang lebig nyata dari pada solusi seperti melakukan sosialisasi secara terus menerus yang tingkat keberhasilan yang belum sesuai target. Dengan membangun berbagai TPS dengan sistem Reduce, Reuse, Recyle (3R) merupakan salah satu tindakan nyata, tetapi apakah pembangunan tersebut sudah sesuai target? Jika sudah selesai apakah TPS 3R tersebut dapat bekerja sebagaimana semestinya dengan kapasitas yang sudah ditargetkan?
 Jika hasil yang ada di lapangan berbeda dengan apa yang diharapkan inilah harus menjadi evaluasi pemerintah sekitar untuk memperbaiki keadaan serta sistem demi menunjang kehidupan yang nyaman bagi warganya. Selain itu peran warga juga sangat vital karena pelaku utamanya adalah warga itu sendiri. Mengelola sampah secara bijak dan mengurangi penggunaan barang yang akan menimbulkan potensi sampah yang berlebih juga merupakan tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Pada intinya pemerintah dan warga harus saling berpangku tangan untuk menciptakan Yogyakarta yang nyaman dan bebas akan ancaman sampah yang selama ini selalu mengintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H