Mohon tunggu...
afwan rokhim
afwan rokhim Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN sunan Kalijaga 15

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Maraknya Info Seks di Media Sosial, Penyebab Loncatan Berfikir Anak

4 Desember 2015   23:56 Diperbarui: 5 Desember 2015   01:04 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat dari fakta terkini tentang maraknya pergaulan bebas di kalangan usia dini atau usia remaja, menyangkut hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan (seksual), bahwa sekarang sudah banyak terjadi kasus bebasnya seks antar remaja, seperti berhubungan intim tanpa ikatan perkawinan entah itu saling menghendaki ataupun pemerkosaan, aborsi, dan lain-lain. Dalampembahasanhalini, munculpertanyaandaribanyakkalangantentangapa yang membuat maraknya seks bebas dikalangan remaja?

Menjawab pertanyaan di atas bahwa maraknya seks bebas dikalangan remaja dikarenakan salahnya pemahaman tentang berhubungan lawan jenis pada remaja sekarang, hilangnya rasa malu bagi remaja yang melepas kesuciannya sebelum menikah, kurangnya komunikasi anak dengan orang tua sehingga anak lebih terbuka kepada teman atau kekasihnya dari pada orang tuanya sendiri, minimnya pengetahuan tentang akibat dari seks bebas baik itu secara kesehatan ataupun perilaku, minimnya pengetahuan tentang agama atupun asas dan norma dan maraknya info-info atau berita-berita yang menyinggung tentang seks di media masa.

Dari jawaban diatas, dapat kita lihat bahwa salah satu penyebab seks bebas dikalangan remaja adalah maraknya info-info ataupun berita-berita tentang hubungan seks di media social entah itu berupa pengetahuan, kasus-kasus ataupun tayangan-tayangan berunsur pornografi. Kebebasan media social dapat dirasakan semua pihak dan umur, baik anak-anak kecil, remaja, dewasa, maupun lansia.Tayangan-tayangan dalam media social tidak membedakan apa yang seharusnya di lihat oleh orang dewasa dan apa yang seharusnya dilihat anak-anak di bawah umur.Hal ini menyebabkan loncatan berfikir seorang anak menuju dewasa tentang pengetahuan hubungan seorang laki-laki dan perempuan. Sehingga sekarang banyak terjadi kebebasan seks yang dilakukan anak-anak di bawah umur karena asupan berita yang seharusnya hanya di perlihatkan di kalangan remaja. Dalam decade terakhir, indikasi berkembangnya perilaku seks bebas remaja di negeri ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Bila kita kaji dalam kajian social, bahwa suatu karakter, sifat atau perilaku seseorang dipengaruhi olehl ingkungan sekitar. Siapa yang menjadi orang terdekatnya, apa yang ditangkap oleh panca indra sangat mempengaruhi perbuatan-perbuatan kesehariannya.

Seks sendiri dalam pandangan remaja pengertiannya berbeda dengan makna sesungguhnya tentang seks. Secara teoritis, Sigmun Freud (Kartono,2007:221) menyatakan bahwa seks merupakan ‘’libido sexualis’’, yaitu energy psikis yang ikut mendorong manusia untuk aktif berperilaku. Artian ini menyimpulkan bahwa seks tidak hanya soal perbuatan intim seorang laki-laki dan perempuan, namun juga dalam kegiatan-kegiatan non seksual seperti berprestasi di berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Dalam peta keilmuan, seks bebas dapat digolongkan dalam paradigma fakta social karena menyangkut nilai dan norma (Ritzer, 2010:14). Maka sebagai fakta social, seks yang dilakukan remaja dilakukan dengan dasar keinginan untuk memperoleh kesenangan maupun kenikmatan, dan bukan untuk dipertukarkan dengan suatu yang lain, misalnya melayani untuk menyenangkan orang lain sehingga memperoleh upah dari hal tersebut. Dalam sudut perspektif ini, seks bebas merupakan salah satu bentuk pelanggaran nilai dan normakebudayaanmasyarakat. Nilaiberartikualitas system social masyarakat, sedangkan norma adalah tata tertib atau aturan standar sebagai pedoman masyarakat dalam bertingkah laku agar terwujud keteraturan social. Namun demikian, seks bebas sebagai bentuk penyimpangan perilaku, tentu saja perlu ditinjau dari paradigma perilaku social, remaja sebagai kelompok social kecil, perkembangannya memiliki hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi terhadap lingkungan social yang ada.

Kesimpulannya adalah bahwa tayangan-tayangan media social menyangkut seks, baik itu tentang pengetahuan, kasus-kasus atau pornografi sangat mempengaruhi perilaku anak-anak, karena di zaman sekarang ini teknologi berkembang pesat, sehingga tidak hanya orang dewasa yang dapat menikmati media social, namun juga anak-anak di bawah umur. Sekian dari saya, apabila ada kesalahan dalam tulisan ini, mohon atas kritik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun