Mohon tunggu...
Haftar
Haftar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Swasta, penikmat logika jernih, visioner

Saya seorang guru yang dilahirkan di pinggir sebuah teluk yang indah yang bernama TAPAKTUAN yang terletak dibibir pantai Samudera Hindia di Kabupaten Aceh Selatan,Aceh. Sejak kecil menekuni dunia seni teater, melukis dan musik. ternyata setelah saya beranjak dewasa hobi tersebut bermanfaat bagi murid-murid. Maka rutinitas saya selain sebagai guru juga berjualan secara kecil-kecilan membantu usaha istri dan melatih anak-anak lomba bercerita, kaligrafi, melukis,pidato dan menyanyi Juga mengembangkan kreativitas seni saya berupa menulis buku, FB dan merangkai bunga dari tempurung kelapa. . Saya juga selama kuliah di IKIP Medan 1990-1996 saya aktif sebagai pengelola penerbitan kampus "Kreatif IKIP Medan" dan diorganisasi HMI Cabang Medan. Menulis opini di SKH WASPADA Medan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Masyarakat Membuang Sampah di Pinggir Jalan Raya

15 Agustus 2021   12:30 Diperbarui: 15 Agustus 2021   12:33 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tumpukan sampah di salah satu lokasi di Jalan Raya


Bila Anda melintasi Jalan Nasional Tapaktuan-Blangpidie, maka Anda akan menjumpai beberapa tumpukan sampah yang berserakan hingga ke badan jalan. Tepatnya  di lintasan Desa Kutatrieng, Labuhan Haji Barat dan juga di beberapa lokasi  di Kecamatan Labuhan Timur dan Meukek Aceh Selatan.  

Pemandangan seperti ini sudah lazim dan seakan sudah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi.  Akibatnya, setiap pengendera kenderaan roda dua yang melintasi jalan tersebut terpaksa tutup hidung, karena tidak tahan menghirup bau busuk yang berasal dari tumpukan sampah tersebut. 

 Bau busuk tersbut  terasa sekali pada pagi hari saat-saat jam sibuk, dimana anak-anak pergi sekolah, ASN dan pedagang dalam menjalankan aktivitas  mereka terpaksa menghirup udara busuk  yang berasal dari sampah tersebut.

Akibatnya,  jelas sangat mengganggu pernapasan dan  juga dapat menyebarkan penyakit di tengah masyarakat. Bukan hanya itu saja, akibat sampah yang berserakan di sepanjang jalan tersebut juga bertebaran ke dalam areal persawahan penduduk yang berada di sisi kanan-kiri jalan raya. 

Sehingga menyebabkan para petani yang sedang menggarap sawahnya, terpaksa memungut sampah yang berserakan di dalam sawah mereka. Sebab hal ini berpengaruh terhadap hasil panen  padi mereka yang cenderung menurun.

Demikian juga bila musim hujan  seperti sekarang ini,  maka sampah-sampah tersebut bertebaran dilingkungan penduduk dan disepanjang jalan raya yang terbawa oleh  genangan air yang meluap sampai ke badan jalan.  Sehingga  dalam waktu singkat terjadi banjir di badan jalan.

Hal ini tentu beresiko kecelakaan  terhadap para pengguna jalan raya. Setelah hujan reda, terlihat sampah semakin bertambah banyak di sepanjang jalan raya tanpa ada yang membersihkannya.

Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, sebab selain  menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan juga terkesan jorok dan kumuh. Sehingga di mata pelancong yang melintasi daerah ini, maka  akan terkesan daerah ini daerah yang jorok. Hal ini tentunya sangat merugikan daerah. 

Sebab kepala daerah sedang gencar-gencarnya mempromosikan daerah Aceh Selatan sebagai daerah tujuan wisata. Tapi jalan-jalan yang dilalui menumpuk sampah yang dibuang masyarakat.

Penumpukan  sampah rumah tangga di sepanjang jalan raya t  memang sudah lama terjadi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tempat pembuangan sampah di sekitar pemukiman penduduk maupun tidak adanya lokasi akhir tempat  pembuangan sampah. 

Makanya bagi penduduk yang bertempat tinggal disepanjang jalan raya kebanyakan membuang sampah pada tempat-tempat tertentu di sepanjang jalan raya. Ada juga diantara mereka yang membakar sampah di pinggir jalan raya pada malam hari. Inipun juga beresiko karena dekat dengan tiang atau kabel listrik.

Anehnya lagi, melihat persoalan tersebut beredar ajakan di tengah masyarakat,  agar masyarakat sama-sama membuang sampah di depan kantor pemerintahan. Sebab selama ini pemerintah tidak peduli terhadap permintaan masyarakat agar menyediakan kendaraan pengangkutan sampah, tempat pembuangan sampah dan petugas kebersihan. Sementara di kecamatan lain telah tersedia sarana kebersihan tersebut, seperti di Kecamatan Meukek, Tapaktuan dan Kluet Utara. Kalau isu ini terus berkembang, tentu hal ini akan menjadi masalah yang serius bagi pemerintah. Karena pemerintah tidak serius mengantisipasi persoalan sampah ini secara tepat dan optimal.

Semoga tulisan ini menjadi perhatian semua pihak. (Haftar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun