Mohon tunggu...
Haftar
Haftar Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Swasta, penikmat logika jernih, visioner

Saya seorang guru yang dilahirkan di pinggir sebuah teluk yang indah yang bernama TAPAKTUAN yang terletak dibibir pantai Samudera Hindia di Kabupaten Aceh Selatan,Aceh. Sejak kecil menekuni dunia seni teater, melukis dan musik. ternyata setelah saya beranjak dewasa hobi tersebut bermanfaat bagi murid-murid. Maka rutinitas saya selain sebagai guru juga berjualan secara kecil-kecilan membantu usaha istri dan melatih anak-anak lomba bercerita, kaligrafi, melukis,pidato dan menyanyi Juga mengembangkan kreativitas seni saya berupa menulis buku, FB dan merangkai bunga dari tempurung kelapa. . Saya juga selama kuliah di IKIP Medan 1990-1996 saya aktif sebagai pengelola penerbitan kampus "Kreatif IKIP Medan" dan diorganisasi HMI Cabang Medan. Menulis opini di SKH WASPADA Medan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merdeka atau Mati Melawan Segala Bentuk Penjajahan

17 Agustus 2020   09:56 Diperbarui: 17 Agustus 2020   09:59 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini  17 Agustus 2020 kita memperingati  hari kemerdekaan NKRI.  Tepatnya 75 tahun yang lalu,  Bung  Karno dan Hatta membacakan teks proklamasi , “Kami  bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”.  

Pernyataan kemerdekaan   tersebut bermakna  bahwa bangsa Indonesia telah  terlepas dan melepas diri  dari segala belenggu penjajahan.  Hal itu juga bermakna bahwa  bangsa Indonesia telah siap untuk maju dan berkembang sejajar dengan negara-negara yang telah maju.

Dalam rangka   mempertahankan dan mengisi  kemerdekaan yang baru diproklamirkan  tersebut, maka bangsa Indonesia rela berkorban demi tanah air tercinta. Dari  semangat rela berkorbantersebut, maka  lahirlah semangat  yang terkenal dengan teriakan “Merdeka atau  Mati.” Dengan semangat itu bangsa Indonesia tidak gentar menghadapi  dan mengusir penjajahan asing.

Semangat  “Merdeka atau mati”   merupakan tekad  yang kuat bangsa Indonesia  dalam  melawan setiap bentuk penjajahan, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Padahal  pada masa itu bangsa Indonesia hanya  memiliki peralatan tempur  yang terbatas dan sederhana melawan musuh, yakni  “bambu runcing.”   Namun  bangsa ini rela berkorban, walaupun  mereka sendiri belum tentu  merasakan dan menikmati kemerdekaan yang telah diperjuangkan.

Kini,

 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  telah berusia 75 tahun.  Walaupun kita tidak pernah merasakan secara lansung bagaimana para pahlawan bangsa berjuang  dan mempertahankan kemerdekaan  NKRI sampai titik darah penghabisan. Akan tetapi semangat “Merdeka atau mati" patut kita kobarkan kembali  dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara Indonesia. Dalam rangka mewujudkan tujuan kita bernegara yaitu terwujudnya negara yang bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Hal ini sangat penting, agar semangat  cinta tanah air dan rela berkorban demi bangsa dan negara tetap menggema dalam setiap denyut  aktivitas kita. Dalam upaya mengisi kemerdekaan dan dalam upaya mempertahankan NKRI melawan penjajahan  dengan segala bentuknya. Dengan karya nyata, dengan kerja keras dan kerja ikhlas. Sehingga  nikmat kemerdekaan betul-betul dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sebab setelah 75 tahun bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Bangsa ini  dihadapkan dengan berbagai bentuk penjajahan, baik dijajah oleh bangsa sendiri maupun bangsa asing dan aseng. Sehingga nikmat kemerdekaan tersebut hanya dirasakan oleh segelintir mereka yang berkuasa dan mereka yang kaya. Nikmat kemerdekaan tersebut diantaranya adalah  rakyat  dapat menikmati kehidupan yang layak dan bermartabat . Baik secara ekonomi, sosial,kesehatan dan pendidikan.

Sebab   sudah 75 tahun umur NKRI. Namun  hasil perjuangan bangsa ini belum sampai di depan pintu gerbang kemerdekaan yang bersatu berdaulat adil dan makmur. Sehingga kita sebagai bangsa seakan tidak bisa merasakan nikmat kemerdekaan. Tidak bisa terlepas dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Atau bisa jadi bangsa ini tidak mau melepaskan diri dari belenggu pejajahan???

Sebab  kalau dulu bangsa dan negara kita dijajah oleh pihak asing secara fisik, akan tetapi di era modern ini, penjajahan  dilakukan oleh bangsa sendiri bersama  asing dan asing. Dampaknya  jauh lebih berbahaya dan lebih menyakitkan, bukan hanya dirasakan oleh generasi yang sekarang tapi juga dirasakan oleh tujuh keturunan  generasi yang akan datang.

Penjajahan yang terjadi, bukan hanya berbentuk fisik tapi juga merontokkan mentalitas bangsa. Penjajahan itu bernama utang negara, penjajahan itu bernama penanaman modal asing, penjajahan itu bernama korupsi.  Yang sangat berbahaya adalah penjajahan itu bernama adu-domba antar suku dan agama.  Serta penjajahan itu bernama penyalahgunaan narkoba.  Itulah  bentuk penjajahan tersebut yang  merupakan satu paket yang tidak terpisahkan antara  satu dengan yang lainnya. .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun