Pengalaman Kadirun semasa merantau di kota Medan.Bergaul dengan berbagai orang dari berbagai organisasi politik, sedikit banyaknya ia mempunyai pengalaman dalam organisasi politik. Makanya dengan pengalamannya itu, Kadirun menjadi penasehat politik teungku Amran. Semasa melawan pemerintah yang sah, maupun setelah teungku Amri menjadi Bupati.
Pada suatu hari. Pas... saat ia sedang berada di kantor bupati, atas undangan teungku Amri, ia juga mengingatkan lagi sahabat dan juga teman seperjuangannya itu. Ia tidak ingin kawannya hanyut dengan kehidupan yang mewah di istana pendopo. Bila dibandingkan dengan kehidupan mereka di dalam hutan dulu, sewaktu menghadapi musuh.
“Begini, Dir...!” kata teungku Amri pada Kadirun sambil menghisap rokok pucuk on. Rokok kesenangannya yang penuh kenangan selama bergerilya di dalam hutan.
Teungku Amri memberi tanggapan atas pertanyaan Kadirun tentang kapan akan diimplementasikan janji-janji politiknya sewaktu masa kampanye dulu.
“Bukan saya nggak mau melaksanakan janji-janji politik saya sewaktu kampanye dulu. Apalagi janji adalah hutang." kata teungku Amri dengan suara datar.
“Masalahnya... saya harus memikirkan dulu nasib kawan-kawan yang telah berjuang membantu kita semasa kampanye dulu. Sebab keuangan daerah sangat terbatas. Tidak cukup melayani semua rakyat. Jadi, mengenai janji-janji politik biar setelah tiga tahun saya menjabat. Baru saya laksanakan.” Jawab teungku Amri tanpa merasa bersalah pada rakyat.
"Alasannya apa??"
"Biarlah saya beternak kepercayaan pada orang penjilat ini. Biar mereka lengket dan patuh pada perintah saya. Lalu mereka saya peralat sebagai mesin penggerak. Mengerti Run??" kata teungku Amri pada Kadirun.
Mendengar hanya itu ke itu saja alasan teungku Amri. Kadirun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia sedikit kecewa dengan sikap kawannya itu.
Selaku ia sebagai teman dan juga juru kampanye teungku Amri, ia sudah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Bagi dia janji itu adalah utang. Kalau yang namanya utang harus tetap dibayar. Makanya Kadirun termasuk orang yang nyinyir mengingatkan kembali akan janji-janji sahabatnya itu.
Tapi melihat bahwa maksud baiknya tidak dipenuhi oleh teungku Amri. Kadirun cepat-cepat beranjak dari ruang kantor teungku Amri.