Suatu hari saat mencetak hasil project, saya bertemu dengan seorang fotografer gaek dan terlibat diskusi tentang apakah fotografi harus tetap analog atau berganti digital atau dua-duanya harus ditekuni. Asyik juga dua aliran yang bertolak belakang saling bertukar pikiran. Sebut saja Si A beliau sangat fanatik dengan 35mm-nya sementara saya tidak sebegitunya. Diskusi itu terhenti karena hasil cetakan project saya selesai lebih dahulu dan Si A melihatnya dengan penuh takjub dan antusias sampai menanyakan price per projectnya dan kaget karena hampir 10X dari harga paketnya dia. Sebulan maksimal 4 kali project Si A mendapatkan benefit 1,5 juta begitu katanya. Dan menanyakan kalau menggeluti digital berapa profit diperoleh, saya jawab usaha ini adalah sampingan paling banyak 8 project perbulan hanya ngisi hari sabtu dan minggu saja. Dengan jawaban itu saja Si A sudah terperangah...! (mungkin membayangkan 8/4 X (10X1,5), padahal kalkulasinya tidak selalu seperti itu). Akhir dari pertemuan itu Si A berujar...saya gaptek dengan masalah komputer Mas dan nggak kuat investasinya..... Sebetulnya di balik diskusi itupun sudah terjawab bahwa walau bagaimanapun apalagi untuk konteks comercial photography digital adalah mutlak dikuasai. Ketidakmampuan membeli perlengkapan dan SDM-nya tidak bisa mengatasnamakan fanatisme 35 mm...!. Kecuali memang tidak mau usahanya berkembang dan cukup puas dengan 1,5 per bulan!...ada-ada saja! Analoginya begini saya penggemar berat Land rover tua tapi kalau punya duit bukan berarti tidak ingin memiliki Range Rover..........hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H