Mohon tunggu...
Fuziansyah Bachtar
Fuziansyah Bachtar Mohon Tunggu... Lainnya - Pemburu hikmah kehidupan

Pemburu hikmah kehidupan, dengan merenungi ayat-ayat di alam semesta dan di kitab suci, dan mengkaji perjalanan sejarah manusia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Pendidikan Nasional Harusnya Bukan 2 Mei

6 Mei 2023   08:11 Diperbarui: 6 Mei 2023   08:33 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari Pendidikan Nasional Harusnya Bukan 2 Mei

Napak Tilas Sejarah Pendidikan di Indonesia

Ada Apa dengan 2 Mei?

Hari Pendidikan Nasional ditetapkan tanggal 2 Mei, didasarkan pada tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara alias Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, 2 Mei 1889. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ini ditetapkan pada tahun 1959 oleh Presiden Soekarno. Bersamaan dengan ditetapkannya sebagai pahlawan nasional yang ke-2, pada tanggal 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959). Ki Hadjar Dewantara sendiri wafat pada tanggal 26 April 1959.

Seharusnya tanggal 3 Juli

Penetapan Hari Pendidikan Nasional berdasarkan tanggal lahir pendiri sekolah pribumi tersebut terkesan seperti kultus individu, bukan dilihat dari realita lahirnya lembaga pendidikan yang berjalan. Padahal Perguruan Taman Siswa sendiri baru dimulai pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Prinsip dasar dalam sekolah ini dikenal sebagai Patrap Triloka: “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani“. Artinya “di depan memberi teladan, di tengah membangun kemauan/inisiatif, dari belakang memberi dukungan”. Konsep sekolah ini dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India dan Benggala.

Mestinya tanggal 19 Oktober

Sebelum Taman Siswa, tanggal 19 Oktober 1919 telah didirikan Yayasan Pendidikan Jamiat Khair di Jakarta. Sekolah ini mengadopsi sistem modern dengan kurikulum, kelas, dan sarana prasarana lainnya. Mata pelajaran yang diajarkan adalah: Al-Qur’an Ejaan Bahasa Arab, Membaca dan Telaah, Ilmu Bumi, Tafsir, Sejarah Nabi, Percakapan, Bahasa dan Tulisan Melayu, Aqa’id Nahwu, Sharaf, Dikte, Sejarah, Tauhid, Hafalan, Ilmu Alam, Ibadah, Tashrif, Berhitung, Keterampilan, Fikih, Tajwid, Karangan, Kesenian, Menulis Arab (Khat), Ilmu Faraid, dan menulis latin. Diawali dengan didirikannya organisasi Jami’at Khair pada tahun 1901 oleh para habaib, orang-orang Arab di Batavia.

Bukan. Seharusnya tanggal 15 Januari

Sebelumnya, pada tanggal 15 Januari 1919 telah didirikan sistem Pendidikan Islam modern Sumatera Thawalib di tanah Sumatera Barat. Ini sebenarnya diawali dari pendidikan Islam di surau Jembatan Besi di Padang Panjang sejak 1914 oleh para tokoh pembaharu Islam di Minangkabau seperti Haji Rasul alias H. Abdul Karim Amrullah, ayahanda Buya HAMKA, dan H. Abdullah Ahmad. Surau ini memakai sistem kelas dengan mempergunakan meja, kursi, papan tulis dan alat bantu pelajaran. Dari sini berkembang pula Sekolah Diniyah Putri yang didirikan oleh Zainuddin Labay El Yunusy pada tanggal 1 November 1923 bersama adiknya Rahmah El Yunusiyah.

Ada lagi 1 Desember

Sebentar. Ternyata ada yang lebih tua, yakni 1 Desember 1911, tanggal berdirinya sekolah Muhammadiyah. Saat itu, KH Ahmad Dahlan merintis dan membuka Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah di ruang tamu rumahnya di Kauman, Yogyakarta. Beliau termotivasi mendirikan sekolah tersebut, karena adanya dualisme sistem pendidikan antara pendidikan sekuler dan pendidikan religius. Kolonial Belanda kala itu menempatkan pendidikan Barat sebagai senjata penjajahan baru. Sementara kaum santri tetap bertahan dengan pondok pesantren, serta menolak dan mengharamkan pendidikan Barat.

Akhirnya, KH Ahmad Dahlan memutuskan untuk bereksperimen dengan merintis sistem pendidikan Islam baru, yaitu dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Konsep sekolah tersebut mengadopsi sistem persekolahan Barat-Belanda, hal ini untuk mendinamisir lembaga pendidikan Islam. Dari sini kemudian berkembang dengan didirikannya Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912, yang pada awalnya dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan lembaga pendidikan yang baru didirikannya itu.

Awalnya, model pendidikan baru yang ditawarkan KH Ahmad Dahlan ini mendapat reaksi keras dari kaum santri, karena dianggap “kebelanda-belandaan” dan dapat merusak struktur pendidikan Islam. Namun lambat laun konsep ini diterima secara luas mengingat Muhammadiyah tetap memelihara nilai-nilai keIslaman. Saat ini telah berkembang ke seluruh penjuru nusantara, ribuan sekolah yang didirikan oleh Muhammadiyah dari TK, SD, SMP, SMA, sampai Perguruan tinggi.

Ada lagi nih 3 Agustus

Tunggu dulu. Ada lagi nih yang lebih tua. Membaca sejarah, kita akan menemukan bahwa tanggal 3 Agustus 1899 menjadi tonggak sejarah berdirinya Pesantren Tebuireng. Pesantren ini didirikan di Jombang oleh KH Hasyim Asy'ari. Awal berdiri, santri mengaji hanya 8 orang, tiga bulan kemudian bertambah menjadi 28 santri. Lokasinya dekat dengan pabrik gula yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Industrialisasi di satu sisi mengangkat perekonomian masyarakat sekitar. Namun di sisi lain, perjudian dan minuman keras kian marak seiring naiknya penghasilan warga setempat. Kondisi itulah yang memotivasi KH Hasyim Asy'ari untuk berdakwah dan mendirikan pesantren.

Awalnya, keberadaan Pesantren Tebuireng ini belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat. Ancaman dan gangguan pun kerap datang. Bahkan, dinding rumah bambu KH Hasyim kerap dilempari dengan batu, kayu dan ditusuk dengan senjata tajam. Sehingga, para santri harus berjaga malam secara bergiliran. Dengan dibantu oleh 4 kyai lainnya yang ahli beladiri, teror menjauh dari Pesantren Tebuireng. Lambat laun Kiai Hasyim pun diakui ketokohannya oleh masyarakat. Sehingga, santri yang menimba ilmu darinya semakin banyak. Dari 28 orang di tahun 1899 menjadi 200 orang pada tahun 1910. Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa dan Madura. Sistem pendidikan metode kelas alias madrasah mulai dilakukan tahun 1919. Madrasah Nidzamiyah yang mengajarkan pengetahuan umum baru dimulai tahun 1933. Sejalan dengan perkembangan pesantren Tebuireng dan makin dikenal keilmuan dan ketokohan dari KH Hasyim Asy’ari, maka pada tanggal 31 Januari 1926, atau 16 Rajab 1344H, didirikanlah organisasi Nahdhatul ‘Ulama. Organisasi ini berusaha mempersatukan kekuatan para kyai di pesantren-pesantren tradisional, dan telah berkembang menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Ada yang lebih lama lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun