Memang ada alasan darurat dikarenakan ‘krisis moneter 1998’, dimana beberapa industri seperti IPTIN harus ditutup mengikuti instruksi dari IMF karena dianggap tidak memberikan keuntungan finansial. Sebagai presiden waktu itu, Habibie harus mengalah demi kepentingan bangsa yang lebih besar.
Kedua, tercerai berainya SDM iptek yang sudah dibina. Dalam kurun waktu 1982 sampai 1996, di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi, Habibie telah menginisiasi program beasiswa OFP, STMDP, dan STAID, untuk para lulusan terbaik SMA dari seluruh pelosok negeri. Program yang dikenal dengan nama beasiswa Habibie ini telah mengirimkan sekitar 4.000 orang anak-anak muda Indonesia untuk belajar ke luar negeri: Jerman, USA, Perancis, Belanda, Inggris, Australia, Kanada, Austria dan Jepang.Â
Lulusannya telah berkiprah dan memberikan kontribusi di berbagai Instansi dan Lembaga Pemerintah serta Industri Strategis. Hanya saja, imbas kondisi darurat akibat krisis moneter, banyak dari mereka yang keluar dan berkiprah di luar, baik di perusahaan swasta nasional maupun di luar negeri. Sayang sekali hingga kini ribuan SDM iptek terbaik itu masih tercerai berai belum bisa disinergikan secara optimal.
Terakhir, dan ini adalah kegagalan yang terbesar adalah, terlahirnya ilmuwan seperti LTH, yang melahirkan kebijakan pengembangan iptek yang lebih banyak mendasarkan kepada pertimbangan politis dibanding pertimbangan kemajuan iptek itu sendiri dan bagaimana sisi positif-nya kepada bangsa dan negara.Â
Bisa dilihat dari dihilangkannya nama Habibie dari lini masa sejarah riset dan inovasi Indonesia. Padahal peranan beliau dalam perkembangan iptek di Indonesia sangatlah signifikan, dan di masa Habibie itulah masa semangat tingginya perhatian terhadap iptek di Indonesia.
Nama Habibie telah hilang dari lini masa sejarah riset dan inovasi Indonesia, namun namanya tetap dikenang dalam otak dan hati para ilmuwan, pelajar, mahasiswa dan anak-anak muda era tahun 80-an dan 90-an. Mereka masih merekam dalam benak ingatan mereka, perasaan kekhawatiran sekaligus kekaguman saat penerbangan perdana pesawat N250 dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1995. Dan tanggal 10 Agustus ini diabadikan sebagai momen Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Indonesia.
Dengan segala kekurangannya, Pak Habibie telah menginspirasi banyak pelajar, mahasiswa, dan anak-anak muda bangsa Indonesia untuk mempelajari iptek demi kemajuan bangsa. Insya Allah segala kebaikan dari jerih payah dan pahala ilmu yang bermanfaat akan terus mengalir untuk Pak Habibie. Aamiiin.
Bravo Pak Habibie!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H