Mohon tunggu...
Fuziansyah Bachtar
Fuziansyah Bachtar Mohon Tunggu... Lainnya - Pemburu hikmah kehidupan

Pemburu hikmah kehidupan, dengan merenungi ayat-ayat di alam semesta dan di kitab suci, dan mengkaji perjalanan sejarah manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cacuk Sudarijanto, Tokoh Perubahan dari Indonesia

27 September 2022   07:37 Diperbarui: 17 Maret 2024   10:13 2647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari pengalaman Kazuo Inamori sebagai tokoh perubahan di Jepang, saya jadi ingin tahu apakah ada tokoh perubahan di Indonesia?

Ya, ternyata ada. Beberapa teman menyodorkan nama berikut: Pak Ignasius Jonan, Dirut KAI 2009-2014. Pak Dahlan Iskan, Dirut PLN 2009-2011. Pak Cacuk Sudarijanto, Dirut Telkom 1988-1992. Pak Emirsyah Satar, Dirut Garuda 2005-2014. Yang terakhir ini kita eliminasi karena ada catatan.

Yang menarik di antara mereka adalah Pak Cacuk, karena beliau memimpin perubahan di Telkom di masa rezim Orde Baru. Sementara yang lainnya melakukan perubahan di era Reformasi, di mana kondisi politik dan ekonomi sangat mendukung. 

Kemudian beliau juga memiliki visi ke depan dengan menginisiasi pendirian STT Telkom dan STMB Telkom di tahun 1990, yang di kemudian hari menjadi Universitas Telkom. Selain itu, beliau juga pernah ditunjuk menjadi Ketua BPPN, sebuah Badan yang ditugaskan mengelola asset bank-bank yang bermasalah di masa krisis moneter 1998.

Ada beberapa kesimpulan menarik yang bisa diambil.

Pertama, perusahaan-perusahaan yang bangkrut atau bermasalah itu *kebanyakan BUMN*. Namanya perusahaan tapi pengelolaannya tidak profesional, alias dengan system pengelolaan PNS, yang zaman dahulu terkenal dengan candaan: Datang, duduk, kerja, baca koran, kerja, istirahat siang, kerja, pulang. 

Pelayanan seenaknya, kerja tanpa SOP, inovasi tidak ada, setelah siang langsung pulang, dll dlsb. Belum lagi sudah jadi pengetahuan umum bahwa BUMN itu sapi perah penguasa. Bisa terbayang betapa susahnya transformasi di perusahaan BUMN termasuk Perumtel (nama sebelum PT Telkom). Dan kabarnya Pak Cacuk akhirnya lengser karena tidak setuju dengan keinginan penguasa.

Kedua, para tokoh perubahan itu *kebanyakan lulusan perusahaan multinasional* yang telah memiliki system pengelolaan yang baik (good corporate governance). Pak Cacuk adalah jebolan IBM. Pak Jonan jebolan Citibank. 

Mungkin cuma Pak Dahlan saja yang cuma jebolan lokal dan 'sekolah' wartawan. Namun demikian Pak Dahlan pernah bekerja di Tempo, perusahaan media cukup besar di masanya, dan membangun Jawa Pos menjadi grup media terbesar di Indonesia saat ini. Yang jelas pengalaman bekerja dan berjuang di perusahaan yang bagus, seakan menjadi bekal penting dalam memperbaiki perusahaan yang sakit.

Ketiga, *beberapa cara perubahan yang dilakukan* mereka semua untuk melakukan perubahan adalah mirip.

*Pertama betulkan sistemnya*, misalnya yang urgen adalah alat ukurnya. Itulah yang dilakukan Pak Cacuk pertama kali, karena beliau bingung ditunjuk jadi Dirut tahun 1988 tapi data Laporan Keuangan terbaru tidak ada, hanya ada yang tahun 1995. Maka itulah hal pertama yang beliau lakukan dengan memperbaiki sistemnya.

*Kedua rapikan SDM-nya*. Buat pula system merit-demerit yang menarik, dan tumbuhkan persaingan sehat antar kelompok, yang itu disertai pula dengan perbaikan dalam hal remunerasinya. Itu yang dilakukan Pak Cacuk dengan mengubah struktur bawang bombai menjadi struktur piramida. 

Kemudian juga perbaikan kualitas karyawan yang saat itu kondisinya: Dari total 46 ribu orang, S3 1 orang, S2 0 orang, S1 750 orang, D3 240 orang, sisanya SLTA ke bawah. Hal yang mirip juga ditemukan oleh Pak Jonan, yang di awal masanya mendata dari total 24,600 orang karyawan KAI, lulusan SD 35% dan SMP 20%, dan yang sarjana hanya 0,3% alias 86 orang saja.

*Ketiga, pastikan sistem berjalan*. Untuk itu perlu ada kontrol yang rutin. Pak Cacuk rutin melakukan teleconference setiap pekan dengan semua kantor cabang. Dimana mereka masing-masing melaporkan perkembangan dan apa saja yang telah dilakukan serta rencana-rencana perubahan di wilayah masing-masing. 

Rencana dan tindakan mereka didengar secara terbuka oleh pimpinan dan staff dari kantor cabang lain, dan menariknya ini bisa menjadi ide perbaikan di cabang dan wilayah lain. Pak Jonan sebagai pimpinan KAI juga rutin mengontrol kondisi di lapangan, bahkan pernah sampai tidur di kereta api demi menjalankan misinya.

Dan yang keempat yang sangat penting dan tidak mudah adalah *harus berani dan bisa komunikasi*. Karena ketika melakukan perubahan, dipastikan akan ada perlawanan. Perlu keberanian untuk menghadapinya, dan membutuhkan kecerdasan komunikasi untuk bisa menjelaskan maksud dan tujuan serta mengubah perlawanan jadi dukungan.

Demikian beberapa pelajaran dari beberapa Tokoh Perubahan di Indonesia. Semoga akan masih banyak lagi Tokoh Perubahan di masa depan, yang akan tumbuh, memimpin dan membawa negeri ini lebih baik lagi. Aamiiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun