#TeladanKami 11
Gaya Komunikasi The Best Leader in History
Â
Sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa Muhammad adalah The Best Leader in History, pemimpin Terbaik dalam sejarah. Tentu ada banyak hal yang mesti kita pelajari dari beliau, salah satunya dari segi komunikasi.
 Berbicara soal komunikasi, maka ada 3 unsur penting di dalamnya, yakni sender atau pembicara/penyampai pesan, content/message atau pesan yang ingin disampaikan, dan receiver alias pendengar/penerima pesan.
Â
Mari kita pelajari gaya komunikasi beliau dari ketiga sisi ini.
Kita bahas dahulu dari sisi pendengar, beliau menekankan untuk memahami pendengar dan berbicara dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pendengar. Beliau berpesan, "Berbicaralah sesuai kadar pemahaman akal mereka".
Ini pernah dicontohkan langsung ketika dalam suatu peperangan ingin mengetahui jumlah musuh, beliau bertanya kepada seorang pemuda kampung "Berapa jumlah pasukan mereka?". Si pemuda cuma menjawab, "Banyak". Ditanya lagi jawabannya sama. Ditanya lagi jawabannya tetap sama. Akhirnya beliau mengubah pertanyaannya, "Berapa jumlah kambing yang dipotong mereka?". Si pemuda langsung menjawab "Sepuluh". Dengan demikian beliau bisa memperkirakan jumlah pasukan musuh ada sekitar seribu orang.
Kemudian dari segi pesan, beliau berbicara secara jelas dan perlahan, serta tidak jarang mengulang-ulang perkataan sebanyak tiga kali. Tujuannya agar pendengar bisa menangkap, memahami bahkan mengingat isi pembicaraan. Mengapa harus tiga kali atau tiga kalimat? Karena cara ini membangkitkan emosi pendengar. Contoh yang pernah kita dengar seperti: "Veni Vidi Vici" dari Julius Caesar, atau "Government of the people, by the people, for the people" dari Abraham Lincoln. Teknik pidato dengan istilah 'Three repetitive sentences' atau 'Three breathless sentences' ini biasa dipakai oleh para orator ternama.
Â
Dari sisi pembicara, maka beliau adalah orang yang punya reputasi, jujur, tidak pernah berbohong, amanah bisa dipercaya, dan akhlak atau 'attitude' baiknya selama ini menyenangkan. Maka tidak heran pendengar sangat antusias mendengar apa yang akan disampaikan beliau.
 Sebagai pembicara juga harus mampu menangkap respon atau 'feedback' dari pendengar, apakah mereka bisa menangkap dan memahami pesan yang disampaikan. Kalau dirasa belum tersampaikan, maka bisa mengulanginya atau mengambil langkah perbaikan yang diperlukan seperti kisah tadi.
Â
Terakhir, bahasa keteladanan juga diperlukan. Ada kejadian di mana kaumnya kecewa dan tidak mau menuruti perintah beliau untuk menyembelih qurban. Kaget menghadapi aksi mogok tersebut, beliau segera berdiskusi dengan istrinya, dan mendapatkan ide untuk langsung saja melaksanakan ibadah penyembelihan qurban sendirian. Tak lama kaumnya pun tersadar dan mengikuti tindakannya. Just do it and others will follow it. Mirip yang dikatakan oleh John C. Maxwell, "People may hear your words, but they feel your attitude".
Â
"Communication is about redrawing the image in our minds into the minds of others" (www.lifeequip.com)Â
"The most important thing in communication is hearing what isn't said" (Peter Drucker)
FB20211124
https://teladankami.blogspot.com/2022/02/gaya-komunikasi-best-leader-in-history.html
Ref: Speak like a leader | Simon Lancaster | TEDxVerona, Â https://www.youtube.com/watch?v=bGBamfWasNQ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H