Mohon tunggu...
Afsokhi Abdulloh
Afsokhi Abdulloh Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk bersenang-senang

www.afsokhq.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Kitab Firasat", Menjadi Sherlock Holmes Versi Islam

31 Maret 2021   02:23 Diperbarui: 31 Maret 2021   02:32 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kata firasat sering kita jumpai di 'dunia populer', entah itu di sebuah film, sinetron, hingga novel. di dalam suatu karya fiksi tersebut, tokoh yang memiliki firasat digambarkan dapat mengetahui apa yang akan terjadi, dan lebih sering adalah hal-hal buruk.

seperti misalnya tokoh ibu yang sedang membersihkan rumah tiba-tiba foto anaknya yang dibingkai dengan kaca, jatuh. lalu ia akan memungut frame kaca berserakan tersebut dan berkata, "firasat saya tidak enak." lalu benarlah si anak di suatu tempat mengalami kecelakaan.

apakah firasat sesederhana itu?

di dalam buku ini, kita mencoba mendalami satu jenis firasat yang tanda-tandanya dapat dilihat secara lahiriah, atau hal-hal yang tampak pada tubuh. karena pada dasarnya hal-hal yang lahiriah ada kaitannya dengan hal yang tak tampak seperti sifat dan karakter sang empunya tubuh.

kendati demikian, ada banyak sekali faktor yang dapat kita 'baca' untuk dapat menyimpulkan sifat seseorang. kuncinya adalah, penglihatan dan ingatan yang bagus. penglihatan adalah fase awal untuk dapat membaca sifat seseorang, lalu dengan ingatan, kita bisa memproses bahan-bahan yang nantinya sebagai pertimbangan keputusan akhir.

kalau kita mengikuti serial petualangan detektif Sherlock Holmes, pasti tidak akan asing lagi dengan pembahasan di buku ini. bagaimana Sherlock membaca sifat seseorang hanya dengan memegang benda milik orang lain atau memperhatikan wajah atau menjabat tangan, ini merupakan contoh ekstrem dari pembacaan sifat dan karakter seseorang.

Sherlock, meski hanya merasakan goresan di sebuah jam tangan seseorang, ia mampu menebak dengan benar sang empunya memiliki karakter seperti apa, keuangannya bagaimana, serta masalah keluarganya. semua itu ia proses melalui bahan-bahan yang saling berkaitan dan bermuara pada satu: emosi dan karakter.

bahan atau tanda-tanda itulah yang kita pelajari saat ini.

jika firasat dijelaskan seperti barusan, memang terbilang cukup rumit. seperti yang saya bilang di awal, ini adalah salah satu jenis firasat yang bisa dipelajari.

firasat yang dialami oleh orang-orang yang dapat merasakan apa yang terjadi di masa depan, itu sangat bergantung pada besarnya keimanan seseorang. semakin bersih hatinya, maka semakin peka pula dengan apa-apa yang ia rasakan.

.... jenis firasat yang dimiliki para sahabat itu tidak diperoleh melalui proses belajar (tidak bisa dipelajari, ed). oleh karena itu, dalam buku ini ia (penulis) hanya memusatkan pembahasannya pada salah satu jenis firasat yang disebut dengan "Firasat Khalaqiyyah" (membaca karakter melalui bentuk anggota tubuh). (hlm 14-15)

meski yang kita pelajari hanya salah satu jenis firasat, namun pembahasannya benar-benar sangat masuk akal bahkan dapat dibuktikan secara kedokteran.

di dalam buku ini, kita dapat belajar bagaimana membaca tanda-tanda lahiriah mulai dari metode penarikan kesimpulan, hingga pembahasan ciri-ciri kepribadian berdasarkan bentuk mata, hidung, kepala, dan segala hal yang tampak.

penjelasan mengenai membaca sifat dan karakter lebih banyak dilihat dari kepala. sebab kepala merupakan bagian tubuh paling sempurna untuk menunjukan gala psikis seseorang. manusia menjadi manusia karena apa yang ia ingat. semua itu tersimpan dengan sempurna di dalam kepala.

benar saja, jika seseorang mengalami perubahan emosi, maka semua akan tampak di wajah dan tubuhnya.

dengan mempelajari membaca sifat dan karakter seseorang, setidaknya kita bisa mengimbangi mereka dan memperlakukan sebagaimana seharusnya (sifat) orang tersebut diperlakukan. karena terkadang kita sering salah 'membaca' seseorang yang pada akhirnya membuat sebuah komunikasi berjalan tidak lancar.

tidak salah bahwa buku ini sangat cocok dipelajari oleh HRD, pebisnis, jurnalis, penegak hukum, hingga pencari pasangan hidup.

bagi saya, buku ini bukan sekadar bacaan yang dibaca sekali, tapi ia memang benar-benar harus dipelajari dan apa-apa yang sudah dipelajari tersebut sebaiknya sering dipraktikan, jika tidak demikian, barangkali hanya kesia-sian yang didapat.

selamat mencoba..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun