Mohon tunggu...
Afsi Rahil Zanzabil
Afsi Rahil Zanzabil Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Welcome

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Budaya WFC (Work From Cafe) di Kalangan Gen Z

7 Juni 2023   07:47 Diperbarui: 7 Juni 2023   08:00 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya cafe hanya berfungsi sebagai kedai kopi, tetapi sesuai dengan perkembangan jaman cafe telah memiliki banyak konsep, diantaranya sebagai tempat menikmati maknan, minuman, cemilan, adanya fasilitas steker listrik dan wi-fi serta toilet bagi konsumennya. 

Di beberapa negara, caf dapat menyerupai resto, menawarkan aneka makanan berat. 

Bagian terpenting dari sebuah coffeehouse dari awal mulanya adalah fungsi sosialnya, tersedianya tempat dimana orang-orang pergi untuk berkumpul, bercengkrama, menulis, membaca, bermain atau ketika menghabiskan waktu baik dalam kelompok atau secara individu ataupun untuk menyendiri. 

Cafe berasal dari kata Perancis yaitu cafe yang berarti coffee dalam Bahasa Indonesia yaitu kopi atau coffee house dalam bahasa Indonesia adalah kedai kopi

Budaya minum kopi atau budaya ngopi sudah mengakar dikehidupan masyarakat di seluruh dunia untuk berkumpul dan berbincang-bincang di suatu tempat. Budaya ngopi inipun mulai berkembang pada remaja di perkotaan di Indonesia, contohnya adalah budaya nangki bersama teman-teman dan budaya work in caffe. Budaya ngopi di cafe merupakan tren gaya hidup remaja di Indonesia. 

Remaja nongki di cafe adalah dua hal yang sudah melekat. Di sekolah-sekolah usai jam pelajaran, di kampus-kampus diantara jam kuliah akan mudah dijumpai kelompok-kelompok remaja yang duduk-duduk di caf selama berjam-jam. 

Hobi anak-anak muda di kota-kota besar di Indonesia agaknya hampir sama yaitu ngopi sambil makan dan minum bersama teman-temannya. Apalagi jika harga makanan murah dan enak, fasilitas kursi yang nyaman, steker listrik dan wi-fi yang sinyalnya kuat, ada toilet yang bersih. Dengan semakin tingginya daya beli masyarakat, cafe dan restoran cepat saji semakin kebanjiran pembeli. 

Kondisi new normal yang saat ini mengharuskan kebanyakan pelajar dan mahasiswa melakukan pembelajaran secara daring membuat budaya work in caffe semakin berkembang pesat. 

Hal ini dilatarbelakangi dengan keadaan dan suasana bosan yang dialami oleh sebagian besar pelajar sehingga memutuskan untuk mencari suasana baru di caffe. 

Budaya   secara tidak langsung juga menjadi pendorong terciptanya berbagai ide dan inovasi baru bagi para owner cafe agar menarik perhatian konsumen. Ada banyak pelajar memutuskan berlama-lama di caffe hanya untuk mengerjakan tugas dengan suasna baru dan melihat dunia luar. 

Bagi sebagian orang work in cafe juga akan memunculkan ide baru karena tidak stuck pada suatu kondisi. Bekerja atau menyelesaikan tugas sambil menikmati sajian menu dari masing-masing caffe menjadi sensasi tersendiri. Jika kamu meras bosan bekerja dari rumah ,ide ini bisa divcaba untuk mendapatkan suasana baru sekalian me time 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun