Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serangan Umum 1 Maret, Untuk Siapa?

29 Februari 2012   20:34 Diperbarui: 1 Maret 2023   13:01 3657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 Yogyakarta (jogjabackpacker.com)

Pasukan Soeharto merangsek dari sektor barat sampai perbatasan Malioboro, sedangkan sektor timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dipimpin Mayor Sardjono, dan sektor utara dipimpin Mayor Kusno. 

Dimulai saat fajar, serangan ini berhasil tepat pada tengah hari. Sultan Hamengkubuwono IX yang saat itu ikut menggagas serangan, kemudian menerima laporan beberapa petinggi distrik Belanda, bahwa Yogyakarta direbut kembali oleh TNI. 

Latar belakang serangan ini tak lain adalah pembuktian yang dipelopori pejuang militer Indonesia yang ingin menunjukkan kepada dunia internasional saat itu bahwa Republik Indonesia masih tangguh, sehingga dunia melalui Dewan Keamanan PBB terus mengakui bahwa negara ini bisa bertahan. 

Dengan berhasilnya upaya itu, pihak Belanda mengalami guncangan moral yang cukup untuk membuat pasukan mereka menyerah atas Yogyakarta dan beberapa distrik penting di sekitarnya. 

Puluhan aktivis serta jurnalis internasional yang malam itu menginap di Hotel Merdeka Yogyakarta pun berhasil meneruskan berita serangan ini melalui pemancar AURI, yang menjadi harapan baru perjuangan nama Indonesia di dunia internasional masa itu. 

Koran-koran di Eropa hingga India memuat headline tentang serangan itu. Demikian dilaporkan Alexander Andries Maramis, salah satu aktivis yang juga mendengar berita itu melalui Burma. 

Setelah serangan, suasana kota Yogyakarta kembali tenteram, dan pasar-pasar kembali beroperasi. Saat ini, Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949 kokoh berdiri di sudut utara kawasan Kilometer Nol di ujung Malioboro Yogyakarta. 

Patung lima orang indonesia dari berbagai kalangan menjadi simbol abadi yang menegaskan kepada kita yang melihatnya sekarang bahwa pernah ada perjuangan hebat dari Bangsa Indonesia yang berhasil membuka mata internasional bahwa kita masih berdaulat. 

Dan dalam serangan selama 6 jam itu, kita maju sebagai sebuah kesatuan yang kuat. Sebagai pasukan militer, anggota PMI, petugas siaran radio, ataupun pedagang pasar. Dunia gentar mendengarnya. 

Perjuangan itu, untuk kita sekarang. Generasi muda Indonesia. Meski gerimis, acara peringatan Serangan Umum 1 Maret 1949 kali ini berlangsung hikmat, dan turut menghadirkan beberapa saksi sejarah yang diminta ikut menceritakan kejadian malam hingga tengah hari itu. 

Puluhan orang berkumpul di plasa  monumen. Meski demikian, lalu lintas di sekitar Jalan Malioboro tetap lancar. Acara ini direncanakan berlangsung hingga pukul 22.oo WIB. Untuk cerita lebih lanjut tentang Serangan Umum 1 Maret 1949, silakan baca di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun