Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nol Kilometer Jogja Saat Malam Liburan

10 Juli 2012   12:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:06 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Andong dan Becak antre di tengah persimpangan. Oranye dan putih.

YOGYAKARTA - Kawasan Kilometer Nol yang selalu menjadi tujuan utama wisata sekitaran Malioboro tetap menunjukkan keindahannya bahkan di saat malam puncak musim liburan. Demikian yang saya rasakan saat mengambil beberapa gambar fotografijalanan ala kadarnya, Minggu (8/7/2012) malam. Sambil melatih kemampuan beberapa teknik dasar, terjepretlah beberapa momen sederhana yang sangat kental nuansa liburan dan sosialnya.

Gambar pertama saya tampilkan gedung BNI lama, salah satu bangunan cagar budaya yang mendampingi beberapa lainnya dari kawasan Malioboro hingga Keraton. Bangunan yang konon dibangun pada abad ke-17 ini dulunya adalah kantor asuransi Niil Mastchappj pemerintah kolonial Belanda sebelum kemudian dijadikan kantor radio oleh Jepang. Dengan andong di depannya, saya pikir nuansa abad-abad terdahulu sedikit terendus. Sampai saat ini pun wisatawan paling suka naik andong atau berjalan kaki melewati bangunan ini.

1341921885175413999
1341921885175413999
Becak yang selalu romantis. Tapi yang ini malam.

Atau naik becak, misalnya? Lebih romantis karena getarannya lebih dekat. Hanya tukang becak yang menambah nuansa humanisme yang bertahan dengan prinsip kerja keras.

13419219582013780470
13419219582013780470
Latar Gedung BNI lama memang selalu eksotis. Kembali ke abad ke-19.

Waktu gambar ini saya ambil, ada puluhan andong dan ratusan becak yang lalu lalang membawa wisatawan. Kebanyakan dari mereka dari dalam negeri. Bus-bus yang parkir di sekitar Gedung BNI dan gedung Bank Indonesia pun kebanyakan berplat Jakarta atau bahkan luar Jawa.

1341922051234915161
1341922051234915161
Entah apa benar sudut yang ini.

Yang di atas ini salah satu sudut saja. Entah apa maksudnya saya juga sulit menjelaskan. Tapi pilar-pilar kecil yang tertancap di trotoar Km. 0 ini sepertinya digunakan untuk menghalangi kendaraan bermotor melintas ke atas pedestrian. Jelas cara itu tidak bekerja, karena buktinya setiap musim liburan kawasan Km. 0 selalu dijejali sepeda motor oleh tukang parkir liar.

134192211578007336
134192211578007336
Percobaan lewat pagar.

Mumpung sedang di jalan dan mencoba fotografi jalanan, sekalian saja saya coba teknik panning, yaitu mengikuti benda bergerak cepat dengan pengukuran fokus yang presisi dan berpusat pada satu objek saja. Kira-kira foto di atas dan di bawah ini bisa mewakili. Street juga kan. He he he ....

13419222011501724929
13419222011501724929
Lalu lintas sempat terpotret. Meski kemacetan tak terjadi, tapi cukup padat.

Syukurnya di Jogja, di titik-titik keramaian wisata polisi selalu bersiaga, terutama mengawal lalu lintas. Belum lagi aktifnya polisi pariwisata dibantu satuan Pamong Praja mengawasi setiap aktivitas yang dianggap perlu diawasi. Memang jarang ditemukan ada kasus-kasus pencopetan, perkelaihan, ataupun pencurian selama liburan di sekitar Km. 0 ini. Hanya saja ya itu, parkir liar dan pelanggaran lalu lintas lainnya tetap saja dibiarkan. Mungkin belum ketemu solusi tepat mempertemukan kepentingan hukum dengan kebutuhan dasar masyarakat.

Nah, di mana ada keramaian di situ ada pedagang asongan.

Ada satu potret yang menurut saya cukup mewakili rasa haus kita mencari sisi humanis dari kemacetan puncak musim liburan. Pedagang asongan salah satunya. Gambar berikut saya jepret tanpa disadari si empunya "produk". Lucunya, begitu ia sadar telah terpotret beberapa kali, ia malah bersedia jadi model alias minta difoto beberapa kali. Badannya terlalu bungkuk ataupun kurang senyum, dan kutipan pun saya ulang sampai dia puas.

13419223611747734907
13419223611747734907
Pedagang asongan ala Jogja. Minum di tempat kopi dan aneka minuman instan hangat.

Ini dia Mas Mo, panggil saja dia begitu. Karena waktu saya tanyakan namanya dia bilang, "moh!" Ha ha ha.

1341922395245366986
1341922395245366986
Ini dia Mas Mo, berkali-kali minta dipotret ulang karena gayanya salah.

Yang terakhir dari Km. 0 kali ini, satu foto potret jalanan yang sekiranya bisa terlihat komponen-komponen kecilnya. "Becak dalam Ban", begitu saya menyebut foto yang satu ini. Butuh berdiri di pagar Monumen Serangan Umum 1 Maret selama hampir setengah jam untuk mendapatkan posisi yang pas tanpa noise sama sekali. Ini pun hasilnya belum begitu baik. Mohon masukan dari om-om dan tante-tante yang mengerti.

13419224821653976145
13419224821653976145
Percobaan kesekian. Becak di tengah ban.

Dengan demikian, itulah kisah kecil malam liburan di Km. 0 Jogja. Wah, sudah ratusan bahkan ribuan tulisan yang mengulas titik wisata ini sebelumnya. Tapi saya yakin orang tidak akan bosan dan terus merindukan Jogjakarta. Koda budaya di mana semua kedamaian bersatu dan menemani kita menemukan jati diri lebih baik. Selepas puluhan jepretan malam itu, barulah saya duduk manis di pelataran monumen menyaksikan Enam Pedagang Lesehan raih penghargaan.

Salam hangat selalu.

==============================

Untuk melihat karya-karta tulisan fotografi street lainnya,

KLIK DI SINI.

Kampretos Weekly Photo Challenge 12

============================

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun