Mereka hening selama tiga detik, guna merekonstruksi alur pikiran dan membaca jelas masalah yang barusan mereka tanggap.
"Apa yang mereka minta?"
"Sederhana. Aku hanya diminta menemukan Azra Basyahril sebelum proses pernikahan yang tinggal dua hari dari sekarang. Itulah mengapa kita harus secepatnya ke Surabaya. Kalau kamu mau ikut, besok kita berangkat naik bus patas jam lima. Supaya kita sudah bisa di sana jam tiga sore."
"Kenapa tidak naik kereta?"
"Mereka hanya mau menjemput di terminal, tidak apa biar kita juga bisa menikmati pemandangan selama  perjalanan."
Eno mengangguk. Lalu keningnya mengkerut khawatir. "Ya, aku bisa menemanimu besok. Tapi tidak untuk hari berikutnya."
"Ya. Aku mengerti. Kamu ada tugas di sini. Terima kasih."
"Oke. Akan aku bantu. Tapi kamu juga harus membantuku untuk masalahku malam ini."
Adam tertawa, yang lalu membuat Eno menyengir.
"Eno, sahabatku. Mengapa kamu minta bantuan persoalan rumah tanggamu kepada orang yang mengalami masalah yang sama?"
"Ya itu. Karena kamu pernah mengalami."