Aku bisa melihatmu membuang muka.
Aku bisa merasakanmu merubah sangka.
Tapi saat aku berubah, hanya kau orang pertama yang menyaksikanku.
Aku tidak ingin berubah lalu tergelincir tanpa ada yang melihatku.
Tolong terima diriku saat aku berubah. Aku terkadang hilang, menggelepar dalam hening dan gelap, satu nama yang kuingat untuk kupanggil adalah namamu. Satu tangan yang kuharapkan ada di sana menyergapku lalu mendekapku adalah tanganmu.
Aku bingung tanpamu.
Bahkan di saat waktu terbingungku, aku merasa hanya kau yang bisa memaksaku melihat ke belakang, di mana kau berdiri pada kebaikan.
Aku mengikuti hidup, lalu terhanyut di bawahnya. Aku akan melihat sekali lagi, saat kau di sana menerimaku kembali.
Yogyakarta, 18 April 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H