Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Muda Menulislah! Buat Sejarah!

3 April 2011   01:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:10 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan sangat mengena jika tulisan ini turut saya hempaskan ke muka sendiri, agar tersadar bahwa dunia menunggu sebuah karya dari saya, lalu akan mengatakan "Inilah yang ditunggu-tunggu!"


Muda menulislah!

Ini bukan sekedar candaan yang sekedar terkesan menyangkal bahwa sudah banyak tulisan artikel, puisi, atau apapun yang mengalir dari hati, pikiran, turun ke tangan, lalu terpampang di layar monitor saya. Ini tentang benar-benar menulis, dengan segala visi dan bayangan indah saat dunia menyaksikan semua tulisan saya dari kanvas berukuran raksasa lalu bergumam "Inilah Fandi, tak lama datang lalu menyisakan susuatu untuk dunia."

Menulis itu menyenangkan, syahdu, bikin bangga. Akan tetapi menulis untuk dunia lain lagi ceritanya. Ada sebuah kutipan favorit yang saya ingat hingga sekarang karena sering diulang-ulang: "Be the change you wish to see in the world." Lihat? Jadilah perubahan yang ingin Kamu lihat di dunia ini!

Menulislah untuk membuat perubahan. Minimal, untuk menyisakan sesuatu yang bisa memantik ruang diskusi orang dan Saya serta kamu bisa aktif mendulang ilmu di dalamnya. Memberilah lalu menerima. Itu hukum alam. Semakin besar makna tulisan bagi perkembangan dunia, atau minimal kehidupan sebuah bangsa, maka semakin besar nilai lahiriah yang akan dikembalikan ke dalam hati penulisnya, lalu diserahkan di depan matanya. Kalau sudah begini, sang penulis sudah masuk ke dalam rel perjalanan sejarah. Tak usah dululah terlalu pusing atas risiko tulisan dihujat, dipasok ke dalam bilik kontroversi, atau disomasi. Ini semata-mata "memberi"!

Kedewasaan penulisnya akan sangat nampak dalam tulisannya.Ia menulis, maka ia bertanggung jawab atasnya.

Pramoedya Ananta Toer adalah sosok cocok bagi saya hari ini. Hujatan separuh bangsa hingga lembabnya ruang sel tapol di Pulau Buru ia rasakan demi menguatkan komitmennya meloloskan lebih dari 40 tulisannya ke dunia lalu diterjemahkan ke dalam 35  lebih bahasa. Bisa dilihat kemudian, penghargaan yang diterimanya lebih banyak dari dunia luar negeri daripada dari pemerintahnya sendiri! Itu pilihan, dan Pram berhasil membuat sejarah!

Ah, Kakek Pram sudah menjadi bagian sejarah. Masanya sudah lalu. Sekarang ini saat kita.

Di sini.

Saya sangat kagum dengan sosok-sosok lebih "matang" di sini seperti Chappy Hakim, Marzuki Alie, atau Kang Pepih. Mereka benar-benar orang yang menghargai sebuah tulisan, sesederhana apapun. Karena di mata saya mereka menganggap justru perubahan-perubahan besar bisa hadir dari ide-ide sederhana yang dianggap kecil dan remeh-temeh. Lalu mereka menyuarakan ke dunia bahwa ada hal yang sangat penting di sini, yang ditulis oleh kalangan muda, lalu berhak masuk dalam catatan perjalanan sejarah.

Boedi Oetomo adalah kaum muda, dan sejarah masa kini mengenangnya melalui tulisan. Kata-kata yang ditulis oleh mereka sendiri yang disebut "revolusi", maupun memoar-memoar yang diceritakan orang lain yang mengagumi mereka dan nilai-nilai yang dibawanya.

Zaman saat ini seharusnya bisa lebih hebat dari mereka. Apa lagi yang kurang untuk menuliskan sesuatu untuk dunia? Ah, fasilitas dan infrastrukturnya sudah begini. Jangan apatis!

Oh iya. Salut saya juga selalu tercurah setiap kali melihat tulisan-tulisan yang mengalir dari pikiran beberapa guru bangsa kita saat ini seperti Omjay dan Pak Johan. Mereka sangat loyal terhadap pekerjaan mereka sebagai guru, lalu ingin keluar dari zona nyaman dengan mengajarkan hal-hal baik kepada orang-orang yang lebih muda seperti kami, atau siswa-siswi di sekolah. Mereka kemudian jadi idola di antara siswa, atau tokoh teladan di kalangan sesama pengajar. Sangat menginspirasi. Tulisan-tulisan yang mengalir dari profil keduanya membuat mereka nampak beberapa tahun lebih muda.

Lalu pikiran saya sorot turun ke orang-orang generasi saya. Di sini ada Mba Galuh Ayu. Entahlah, orang-orang yang bekerja lebih keras di tengah-tengah keterbatasannya lalu menciptakan karya, rasanya sangat menampar saya di depan mata. Saya yang sering berkoar-koar untuk menulis dan berbangga hati rasanya belum cukup karena orang-orang hebat seperti Mba Galuh ternyata bisa melakukan hal lebih. Dan kami hidup dalam strata generasi yang sama. Insya Allah, saya ingin suatu saat berkolaborasi sebuah karya bersama Mba Galuh.

Muda, please Menulislah.

Memang tak semudah yang dikatakan.

"Memulai adalah yang tersulit." saya merasakan juga.

Tapi dunia sudah menunggu, ibarat tangannya sudah terbuka lebar lalu siap memeluk jika Kamu mendekatinya dan membawakannya sebungkus kecil bingkisan. Siapkan bingkisan itu dari sekarang, apapun bentuknya, berapapun harganya. Ah, tidak ternilai. Itulah "membuat sejarah"!

Begitu saja. Lain kali kita tambah lagi untuk hidup dan visi yang lebih bersemangat.

Salam muda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun