Lintai namanya.
Ia biasa bermain di bawah pohon beringin.
Ayunan kayu yang dibuatkan mendiang pamannya masih selalu ia rawat.
Beberapa kali tali serabut kelapanya ia ganti dan ia sambung.
Pernah suatu ketika ia mengikatnya dengan renda roknya.
Ia pernah diceritakan untuk menulis namanya di balok kayu ayunannya itu,
agar ia bisa kembali melihatnya jika sudah dewasa.
Lintai tak pandai bersolek.Ia hanya mudah tersenyum.
Itulah juga yang menjadikannya bidadari dari balik lensa kacamata pemuda tampan itu.
Lintai tak pandai menari.
Ia hanya anggun berjalan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!