Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Ternyata, Pak Harto Membantu AS soal Perang Vietnam!

15 Desember 2010   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_78035" align="alignright" width="300" caption="potongan scan dokumen Harto-Ford di Camp David, Juli 1975"][/caption] Situs peniup peluit Indoleaks menanggapi maraknya pemberitaan tentang kawat diplomatik dunia yang menggemparkan dengan ikut membeberkan sejumlah fakta baru terkait masa lalu Indonesia. Dalam situs resmi berlatar dominan hitam tersebut, disebutkan juga salah satu transkrip yang melampirkan fotokopi asli dokumen rekaman dialog antara Presiden Soeharto dengan Presiden AS Gerald Ford di Camp David, 5 Juli 1975, lima bulan sebelum invasi ke Timor Timur (menurut Indoleaks). Dokumen 7 halaman dalam format .pdf tersebut membahas kesepahaman keduanya terkait kondisi di Asia Tenggara dan penindakan terhadap paham komunis yang saat itu menjadi masalah serius.

"Jika Anda mengijinkan, saya akan menguraikan persoalan-persoalan Indonesia dalam perjuangan kami mendapatkan kemerdekaan melawan Komunisme; itu membuat kami mengerti bahwa bukan semata kekuatan militer Komunis, akan tetapi ideologi dan fanatisme yang menjadi kekuatan utama mereka. Mempertimbangkan ini, setiap bangsa di area itu membutuhkan ideoleogi mereka sendiri guna melawan Komunisme. Namun ideologi nasional saja tidak cukup." -Soeharto-

Kemudian menanggapi singgungan Ford sebelumnya terkait kekalahan mereka di Vietnam, Presiden kedua kita itu berpendapat:

"Lalu apa yang terjadi setelah Vietnam? Ada dua kemungkinan: Apakah mereka akan bergabung dengan Komunis di dalam wilayah mereka sendiri untuk meningkatkan kondisi masyarakatnya. Jika itu yang terjadi, kita baik-baik saja. Ho Chi Minh selalu ingin menyatukan Vietnam. Kita belum tahu yang terjadi apakah mereka akan bersatu atau akankah ada dua belahan Vietnam." -Soeharto-

"Berapa lama menurut Anda bagi mereka untuk memutuskan ini?" -Ford-

"Saya sudah berusaha mencari tahu dari Komunis dan Tito, dan penilaian saya adalah bahwa konsolidasi membutuhkan waktu lima tahun. Tapi sampai itu terjadi, mereka akan bersatu." -Soeharto-

"Bagaimana tentang hubungan Vietnam, Kamboja, dan Laos?" -Ford-

"Biarkan saya menjelaskan. Sebagaimana Kamboja, mereka mengetahui GRUNK dan Sihanouk (pemrotes pemerintahan kala itu-red) --walaupun ia masih dalam pengasingan. Saya tanya Tito mengapa mereka tidak membantunya untuk kembali dan ia menjawab bahwa itu membutuhkan waktu lama. Tito menjelaskan bahwa selama massa pemulihan dan transisi perang di Pnom Penh,  belum aman bagi Sihanouk untuk kembali. Masih ada bagian-bagian berbahaya. Tapi menurut saya, mereka belum menginginkannya kembali. Informasi saya adalah Kamboja membutuhkan lima tahun untuk konsolidasi, sebagaimana Vietnam. Mengingat waktu konsolidasi yang lumayan lama ini, mereka (Komunis-red) menginginkan Vietnam pecah dan Kamboja bersatu. Ini akan menyatukan ketiganya ke dalam gerakan nonblok. Jadi mereka ingin berpisah dengan kondisi kebijakan dan tujuan yang sama. Walaupun membutuhkan waktu yang lama untuk konsolidasi, hal yang sama pasti akan terjadi di Thailand, Filipina, Malaysia, dan di daerah lain. Tentunya, solidaritas ideologi Komunis ini akan membentuk kekuatan mereka dalam pengembangan bidang tenaga kerja, petani, dan pemuda. Di saat mereka sudah mengembangkan gerakan Komunisme, orang-orang Vietnam akan menyuplai alat-alat militer yang dibutuhkan guna mengambil alih kegaitan militer di sana." -Soeharto-

"Apakah semua komunis bekerja bersama?" -Ford-

"Uni Soviet dan China tidak bekerja sama. Mereka bersaing memperluas ekspansi mereka di setiap daerah jajahan." -Soeharto-

Transkip pembicaraan ini disaksikan oleh Dr. Henry. A. Kissinger yang saat itu menjabat Sekretaris Negara AS, dan Widodo selaku penerjemah untuk Soeharto. Salinan pembicaraan dua kepala negara yang sama-sama strategis di wilayahnya saat itu memang sudah bersifat declassified, artinya memang tidak menjadi rahasia. Salinan yang selama ini disimpan di Perpustakaan milik presiden Ford ini sudah mencantumkan banyak hal terkait kerjasama Indonesia-Amerika pada tahun 1970-an. Selain masalah Komunisme, transkrip ini juga membeberkan dialog kedua negara terkait OPEC, peranan Amerika dalam kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan, serta perbaikan ekonomi Indonesia atas bantuan Ex-Im Bank (lembaga mirip Bank Dunia saat itu-red). Soeharto juga menegaskan bahwa mereka yang menginginkan kemerdekaan sendiri di Timor adalah yang sudah berada di bawah pengaruh Komunis. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa sebaiknya ada kejelasan status penguasaan Portugal dalam membangun hubungan dengan Indonesia terkait Timor. *** Kita nantikan saja beberan Indoleaks berikutnya. Transkrip lengkap untuk diunduh: silakan klik (klik kanan >open in new tab).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun