Sesuai jadwal yang ditetapkan oleh BNPB, masa tanggap darurat bencana Merapi akan berakhir pada 9 Desember mendatang. Hingga saat ini pula puluhan ribu pengungsi yang tersebar di Magelang, Sleman, dan Yogyakarta mulai dipulangkan ke kampung halaman mereka yang masih layak huni. Namun, persoalan muncul ketika belum ada kepastian ganti rugi dan lapangan pekerjaan bagi para eks pengungsi ini. Kebanyakan dari mereka pulang ke rumah dalam kondisi tidak punya apa-apa selain baju di badan serta beberapa pangan sisa bantuan dari pengungsian. [caption id="attachment_74713" align="alignnone" width="620" caption="Ilustrasi/Kompas"][/caption] Seperti yang dilaporkan Kompas, ratusan pengungsi di Kabupaten Klaten dan Magelang masih menganggur sejak kembali ke kampung halaman mereka karena pemerintah belum memberikan bantuan secara menyeluruh. Bahkan, kabarnya untuk mendapatkan jatah beras beberapa kilogram saja setiap keluarga pengungsi diharuskan membayar Rp 4.500,-. Belum lagi masalah tagihan listrik rumah mereka yang belum terbayar selama masa tanggap darurat. Kebanyakan dari mereka pasrah saja kalau sewaktu-waktu instalasi listriknya dicabut. Saat ini, bantuan masih mengalir ke pemukiman para eks pengungsi. Di daerah Turi Magelang misalnya, PMI menyediakan beberapa unit mesin penjernih air untuk warga pemukiman yang instalasi airnya belum jalan dan harus memanfaatkan sumber air sungai. Proyek hunian sementara pun mulai dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan BNPB dan pemerintah lokal. Muncul kabar bahwa beberapa area bekas sapuan awan panas Merapi akan direkonstruksi dan dipetakan. Bahkan, dikabarkan pula bahwa sisa lingkungan Mbah Maridjan akan dibangun ulang menjadi monumen peringatan Merapi dan sempat menuai kontroversi karena dianggap tidak esensial dalam membantu pemulihan masyarakat korban bencana secara keseluruhan. Saat ini BNPB, BPPTK, dan instansi pemerintahan terkait dibantu ormas-ormas sosial masih terus melakukan pemulihan bencana menjelang berakhirnya masa tanggap darurat Merapi ini. Akan masih ada persoalan setelah korban dipulangkan. Mereka mulai mempertanyakan nasib mereka terkait lapangan pekerjaan, lahan pertanian dan peternakan, biaya sehari-hari selama mencari pekerjaan, pembinaan psikologis atau keterampilan, serta yang paling penting adalah kepastian bahwa lereng Merapi sudah betul-betul aman untuk dihuni kembali. "Pekerjaan masih belum selesai. Kita harus bersabar.", kata Mbah Rono suatu ketika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H