Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mau Mengendalikan Amarah? Ini Caranya!

13 Agustus 2010   00:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan bulan Baik. Ada banyak cara untuk memperbaiki diri, apalagi sekedar latihan mengendalikan amarah yang selalu menjadi masalah setiap kali kita beraktifitas. Berikut saya (Selagi sempat dan masih ingat) berniat berbagi sedikit pengalaman kepada teman-teman Kompasianer terkait satu cara ampuh untuk mengendalikan amarah, yaitu sedekah.

Ya, sedekah itu saja. Apapun interpretasi teman-teman mengenai sedekah, semua bisa dilakukan asalkan (sebagaimana kita pelajari) disertai niat yang baik dan tulus. Berdasarkan pada kejadian-kejadian yang pernah saya alami, hingga usia 20 ini sudah banyak hal yang bisa memancing amarah dan terbukti menyiksa. "Sesak!" kalau tidak diluapkan. Namun, akhirnya Alhamdulillah saya menemukan cara mengendalikannya, sekaligus beramal, yaitu dengan memberi sedekah kepada orang lain.

Hari-hari lalu ada banyak hal yang bisa bikin saya marah, biasanya paling banyak berkaitan dengan orang lain atau seseorang. Kalau sudah konflik begitu, biasanya berujung perdebatan sengit alias bertengkar, atau lebih lanjut ada yang "ngambek", mojok. Satu inisiatif saya waktu itu (dan tiba-tiba terpikirkan begitu saja) adalah mengajak rekan pertengkaran saya itu untuk mengambil kendaraan, mengumpulkan receh yang tercecer atau sengaja disimpan untuk disedekahkan kepada orang-orang di jalanan. Praktisnya, receh-receh tersebut jika agak banyak bisa dipisahkan ke dalam beberapa bungkus plastik. Setiap bungkusan plastik itulah yang dibagikan sambil berkeliling di perempatan-perempatan jalan. Rasanya, hmmm.... Semakin banyak receh yang saya berikan, rasanya semakin terkikis rasa amarah yang sedari tadi menumpuk dan menggumpal di dalam dada yang sudah sesak. Semakin banyak disalurkan, semakin ringan rasanya. Bahkan tidak terasa sudah tersenyum-senyum saja kami berdua selepas acara sedekah itu. Akhirnya? Ya bisa ditebak. Kami berbaikan dan negeri pun damai kembali.

Tentunya bentuk sedekah bisa bermacam-macam tergantung kesenangan hati teman-teman.

Tidak perlulah dulu untuk menghitung-hitung amal dan pahala yang akan kita peroleh dengan sedekah ini. Insya Allah ada Yang Mengatur. Tidak perlulah pula kiranya kita mempermasalahkan isu dan larangan memberi receh kepada pengemis di jalan yang belakangan ini kembali mencuat di media.

Yang jelas, amarah kita bisa terkendali, dengan cara yang paling sederhana lagi berpahala.

Semoga kehangatan Ramadhan selalu membawa berkah bagi kita semua, baik yang tersandar di singgasana maupun yang terkekang di jalan raya. Wallahu 'Alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun