Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Infografis: Jelang Kampanye, Capres Mana Menang di Medsos?

4 Juni 2014   17:20 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:24 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tren yang sangat tinggi di atas terjadi pada 18 Mei, ketika akhirnya Joko Widodo dengan didampingi partai pengusungnya mengumumkan nama "Haji Muhammad Jusuf Kalla" sebagai calon wakil presidennya. Ketika itu media memang menyorot secara langsung kediaman Ketum PDI-P Megawati Sukarnoputri di Menteng, Jakarta, di mana para petinggi koalisi berkumpul untuk memublikasikan JK sebagai "yang terpilih".

Lebih dari 20 ribu sebutan nama Jusuf Kalla pada hari itu, mengambil keuntungan dari ditundanya deklarasi cawapres Prabowo yang baru diumumkan sehari setelahnya. Grafik juga menunjukkan tren kepopularan Hatta Rajasa di media sosial dalam sebulan terakhir ikut meningkat, mencakup berbagai berita dan ulasan di media online tentang sepak terjang sang mantan Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional.

Tidak bisa dipungkiri, perhatian publik terhadap gelaran pilpres meningkat tajam dalam sebulan terakhir. Pasca-pileg, rupa-rupanya magnet elektoral seorang calon presiden lebih meriah ketimbang magnet partai politik. Ketika pemilihan ditentukan oleh preferensi publik terhadap sosok dan bukannya partai, netizen ikut bereaksi dengan terlibat diskusi formal-nonformal di Twitter soal siapa dan bagaimana sosok terusung.

Terlebih lagi, ada beberapa politikus atau partai yang sengaja menyebarkan misteri ke publik dan media, membiarkan pengguna media sosial menebak-nebak siapa yang akan dipilih sebagai cawapres Jokowi, ataukah akankah Golkar merapat ke kubu Koalisi Gerindra. Ini jadi isyarat positif bahwa public awareness atau perhatian publik kita terhadap ajang pemilihan presiden relatif baik.

[caption id="attachment_327343" align="alignnone" width="600" caption="Antusiasme pengguna Twitter dengan pilpres turut mendongkrak popularitas kata ini selama sebulan terakhir. (Data diambil per 3 Juni/@FandiSido)"]

1401850363968061904
1401850363968061904
[/caption]

Kata-kata seperti 'pilpres', 'pemilu presiden', dan 'presiden' mengalami tren positif di Twitter pasca-Pileg, terutama pada minggu-minggu jelang deklarasi pasangan capres-cawapres. Masyarakat menunjukkan apresiasi, sentimen negatif, bahkan membuka diskusi soal beberapa nama yang terkait dengan kata-kata kunci di atas. Ini juga mencakup balasan publik terhadap tayangan-tayangan yang dikirim kantor berita, pengamat, atau pesohor, yang merupakan magnet diskusi paling baik.

Dengan demografi pengguna Twitter yang didominasi kalangan berusia 15 hingga 21 tahun, grafik-grafik ini juga menggambarkan bahwa kecanggihan teknologi dan popularitas media sosial tertentu turut membantu para pemilih pemula untuk menyuarakan sikapnya, setidak-tidaknya lewat mention. Mereka ini sebagian juga termasuk kelompok swing voters yang suaranya masih bisa dipengaruhi dengan berbagai variabel.

Dan dengan jumlah pengguna Twitter di kisaran 58,7 juta akun dan jumlah pengguna internet 82 juta orang, (Data Oktober 2013/#Beritagar), besar harapan bahwa para pemilih muda ini akan bisa menentukan sikapnya di bilik suara pada 9 Juli kelak.

----------------------

Baca juga:

Prospek Kebijakan Luar Negeri Kedua Capres

Berharap pada Iklan Politik


*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun