Dari grafis di atas nampak angka-angka yang menarik. Jokowi cenderung "menguasai" rata-rata jumlah tweet,  baik itu selama sebulan (di atas 3,5 juta mentions) dan sepekan (di atas 1,3 juta mentions). Akan tetapi ketika waktunya dirapatkan lagi menjadi 1 jam, Prabowo unggul tipis. Perhitungan di atas dirangkum setengah jam setelah Prabowo turun podium di Hotel Bidakara.
Adapun sebutan yang dimaksud di sini mencakup semua ketikan di Twitter selama rentang waktu tertentu, termasuk dari judul-judul berita, kultwit, ketikan berimbuhan, hashtag, dan lain-lain. Artinya, jika kita menghitung dalam kerapatan waktu tertentu, kata 'Prabowo' yang diketik di Twitter bisa mencapai 174 kata hanya dalam satu menit. Lagi-lagi, siaran langsung pidato sang ketua umum Partai Gerindra tersebut sangat menarik perhatian netizen.
Meski demikian, tak bisa dipungkiri bahwa tidak semua mentions di media sosial menunjukkan pujian atau dukungan untuk nama-nama capres tertentu. Data berikut ini selain menghitung jumlah sebutan, juga mencakup jenis sentimen yang "ditangkap" oleh mesin analisis ketika nama-nama tersebut diketik. Namanya sentimen, pasti ada positif, negatif, dan netral.
Sentimen ini ditelusuri oleh mesin pencari dengan mempertimbangkan beberapa hal kasat mata atau glance, termasuk perdebatan di linikala, hubungan atau rangkaian dengan kata-kata lain, kata-kata kunci yang tidak pada tempatnya, dan lain-lain. Dengan kemungkinan galat sekitar 1%, hasilnya bisa kita peroleh.
[caption id="attachment_327341" align="alignnone" width="600" caption="Grafik sebaran sentimen antara dua nama: Jokowi dan Prabowo. (Data diolah pada 3 Juni/@FandiSido)"]
Bagian yang dibatasi kotak merah sengaja ditonjolkan untuk menghitung reaksi seperti apa yang dibicarakan orang di media sosial terkait dua nama ini, pasca-Deklarasi Damai Pemilu Berintegritas yang disiarkan televisi 3 Juni semalam.
Bisa dilihat bahwa lagi-lagi Prabowo unggul tipis untuk sebaran data dan sebutan, mencakup juga kata kunci "jokowi" (grafik paling bawah) yang nampaknya dilontarkan para pendukung Prabowo dengan sentimen negatif. Bisa saja karena pidato Jokowi yang kalah retoris, atau gesturnya, pakaiannya, atau hal lainnya. Sungguhpun, Jokowi masih unggul di rata-rata jumlah sentimen positif (65:42).
Meski demikian, rata-rata pengguna media sosial menyebut nama capres tertentu dengan preferensi netral, artinya tidak tereduksi dengan kata-kata negatif ataupun benturan dengan nama lain. Data di atas diramu mencakup 8 media sosial yang paling banyak digunakan, termasuk Twitter, Facebook, dan Google Plus.
Rasanya tidak adil juga jika kita membenturkan dua kubu koalisi dengan hanya mengandalkan capresnya. Tidak dipungkiri bahwa prospek elektoral Prabowo Subianto --sebagaimana pandangan para pengamat-- sedikit banyak dipengaruhi oleh Hatta Rajasa yang akhirnya ia pilih sebagai calon wakil presiden. Pun Jusuf Kalla punya pengaruh besar untuk menambah kekuatan komunikasi podium Jokowi yang banyak dipermasalahkan.
Grafik berikut menunjukkan pertarungan media sosial, head-to-head, antara dua calon wakil presiden pilpres 2014: Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa.
[caption id="attachment_327342" align="alignnone" width="600" caption="Sebaran jumlah tweet netizen menyebut antara Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa sebulan terakhir. (Data diolah dengan Topsy, 3 Juni 2014/@FandiSido)"]