Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana dan Pesaing-pesaingnya

22 November 2014   21:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:06 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang teman Kompasianer yang sempat saya ajak ngobrol terkait ini pun merasa bahwa Indonesina punya kelebihan sendiri dibanding Kompasiana. “Tidak berisik! Itu yang jelas,” jawab teman yang tak bersedia disebutkan namanya itu. Menurutnya, Indonesiana terasa lebih nikmat karena jauh dari perdebatan yang tidak perlu, debat kusir atau penghujatan yang kerap terjadi di Kompasiana. Perlu diketahui, saat ini Indonesiana masih membatasi penggunaan kolom komentar dengan alasan yang belum eksplisit. Tetapi kiranya maksud pendapat “tidak berisik” yang dikatakan teman ini sedikit banyak merujuk kesana. Selain itu, saya kira Indonesiana juga tampil lebih segar dan bersih, mungkin karena masih sepi iklan dan atau sengaja dibuat sedemikian rupa agar penulis dan pembaca terasa lebih nyaman dan hening. Kabar terbaru yang saya dengar, Indonesiana juga sedang menyiapkan fitur khusus untuk tulisan-tulisan fiksi, jenis kanal yang kini masih merajai Kompasiana.

Karena citizen journalism atau jurnalisme warga kini bak anggota tubuh baru dari pergerakan industri media, mau tidak mau setiap produk media berita bergelut dengan persaingan menyajikan konten terbaik, terbaru, dengan inovasi yang paling jitu untuk menarik keterbacaan, keterlibatan, serta potensi finansial dalam jangka panjang. Media elektronik pun demikian. MetroTV punya program Wideshot, Liputan6 punya Citizen6, Viva punya Vivalog, Seputar Indonesia dan Transmedia menerima kiriman video warga. Di bisnis blog, bagaimanapun semua bertumpu pada konten.

Meski menuai kritik, saya tetap mendukung Kompasiana menerapkan Verifikasi Biru untuk menguatkan penilaian serta kepercayaan pembaca terhadap konten-konten tulisan. Mengapa? Karena dalam lingkup aktualisasi, bagaimanapun baik Kompasiana sebagai media maupun Kompasianer penulis sebagai penyedia konten sangat bergantung pada aliran informasi dan potensi jalannya bisnis dalam jangka panjang. Konten yang berkualitas mungkin usianya pendek-pendek, tetapi pengaruhnya dapat melekat pada kredibilitas media pendampingnya sampai bertahan-tahun kemudian, tak terkecuali kredibilitas penulisnya yang juga sedang mengembangkan diri. Kompasiana bisa menyambut para pesaingnya ini dengan tangan terbuka, bertarung di atas ring dan disaksikan oleh 130 juta pengguna aktif internet Indonesia.

Seperti kata wartawan senior Pepih Nugraha, “Inventor atau penemu itu sudah tidak ada. Yang ada dan banyak adalah inovator.” Pada akhirnya yang bisa berinovasilah yang akan bertahan.

Kompasiana pun harus rela berkeringat lebih lama dan lebih sering, adminnya pun harus rela tidak tidur berjam-jam demi konten berkualitas. Persaingan memang berat, tapi tentu itulah inti dari pengembangan dan aktualisasi. Ujian terberat Kompasiana bukanlah tiga-empat pesaingnya yang mulai “mencuri hati” banyak Kompasianer untuk hijrah dan menghujat balik, mencibir lewat dinding-dinding Facebook dan menyebarkannya guna mempromosikan platform baru yang dianggap “bisa jadi lebih baik” tanpa jaminan jangka panjang. Menurut saya Kompasiana tidak perlu bersedih hati ditinggal pergi. Karena yang setia pada kualitas dan pembuktian bertahun-tahun masih tegas bersuara dan menjaga. Mereka-mereka ini yang menulis tanpa melihat nama, berbangga karena mempercayai kelemahan, dan mengkritik karena keyakinan.

Di usianya yang masih belia, Kompasiana punya aset jauh melebihi industri media di manapun: para penulis dan penjaga konten. Tanpa moderasi namun dengan aturan tulis-baca-komentar yang ketat. Aturan main lewat terms and conditions bisa diperbaiki dan tampilan harus memenuhi prasyarat kekuatan server yang masih sangat terbatas. Di atas itu semua, Kompasiana harus terus berjalan, menanjak dan bukan jalan biasa-biasa saja. Bertubuh lebih kuat karena ujian akan makin berat. Iskandar Zulkarnaen pernah berujar bahwa Kompasiana saat ini jika dirupiahkan, maka nilainya --jika saya tidak salah ingat-- sudah mencapai angka 500 miliar. Kompasiana punya semangat berbagi dan saling mengilhami yang belum tertandingi.

Semoga ke depan baik Kompasiana maupun orang-orangnya bisa terus saling menguntungkan, merangkai cita-cita kecerdasan bangsa dengan kesederhanaan cara manusia menjalin pertemanan. Dengan ini, Kompasiana bisa makin disegani dunia digital yang tak terbatas ini.

Selamat Kompasianival 2014. Sharing, Connecting.

-------------------------

RALAT 23/11:

Paragraf TUJUH tertulis:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun