Mohon tunggu...
Afsal Muhammad
Afsal Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, Web Developer

Tukang baca, tukang nulis.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengatasi Krisis ISBN di Indonesia, Solusi untuk Masa Depan Penerbitan

9 Desember 2023   02:36 Diperbarui: 9 Desember 2023   03:02 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industrsi buku di Indonesia tengah mengalami masalah yang cukup serius yaitu krisis ISBN atau International Standard Book Number. ISBN bukan hanya sekadar nomor yang tertera dalam buku, namun merupakan pengidentifikasi buku tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit.

13 digit angka ISBN bisa memberikan identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit, sehingga pencatatan terhadap karya seseorang dan hak penerbit pun tercatat dengan baik. Namun, di tengah era revolusi industri 5.0 ini, krisis ISBN malah menghantui industri buku, baik fisik maupun digital.

Maka dari itu, perlu solusi untuk masa depan penerbitan yang konkrit untuk bisa menyelamatkan industri buku di Indonesia, salah satunya mengatasi krisis ISBN. Kita telaah faktor dan solusi yang bisa diambil sehingga menciptakan ide penyelamatan terhadap literasi di tanah air.

Penyebab Krisis ISBN di Indonesia

Krisis ISBN tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya fenomena ini di Indonesia. Salah satunya, kebijakan institiusi pendidikan yang mewajibkan pengajar dan mahasiswa untuk menerbitkan penelitian ber-ISBN sebagai syarat kelulusan atau naik pangkat.

Kebijakan tersebut muncul tanpa adanya revolusi dalam birokrasi untuk mendapatkan ISBN. Banyak orang yang kesulitan mendapatkan ISBN karena syarat yang sulit dicapai dan rumit. Belum ada aturan khusus terkait hal ini dari pemerintah, dan penerbit pun tentu hanya bisa melakukannya berdasarkan cara-cara umum.

Ditambah, terjadi lonjakan pengajuan ISBN yang tidak normal pada 2022 dengan buku yang malah tidak diketahui keberadaannya di masyarakat. Hal ini menjadi isu yang harus diatasi bersama sehingga tidak memunculkan masalah baru di industri buku yang seharusnya dilakukan penuh kesadaran akan pendidikan.

Penerbitan buku fan fiction, produk web novel, sampai buku-buku self publish yang seharusnya tidak mendapatkan ISBN malah berebut untuk mengurus ISBN. Hal ini dikarenakan belum ada aturan yang mengatur bagaimana sebuah kategori buku tersebut untuk bisa mendapatkan ISBN, namun penerbit yang berorientasi bisnis tanpa kebijakan pemerintah yang mengikat, mencari jalan pintas untuk bisa mengurusnya.

Dampak Krisis ISBN

Walaupun terkesan disepelekan dan dikesampingkan, krisis ISBN ini memiliki banyak dampak yang berbahaya untuk kelangsungan industri penerbitan di Indonesia. Penerbit kecil akan sulit memperoleh ISBN karena lonjakan pengajuan yang tinggi, bahkan Perpustakaan Nasional Indonesia pun sempat ditegur oleh Badan Internasional ISBN di Inggris karena hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun