Tahu kuntilanak? Tahu dong pastinya. Nah, itulah hal yang terlintas di dalam pikiran saya ketika diprank sama musang yang lagi birahi. Memalukan, bikin harga diri turun. Imej saya sebagai orang penakut pun akhirnya runtuh gara-gara temen saya yang lari terbirit-birit.
Semuanya bermula ketika saya dan seorang teman saya, panggil saja Odol, sedang ngopi sambil ngerumpi di belakang toko material dan lapak bakso milik saudara saya. Malam itu seperti biasa, nggak ada yang aneh. Rokok ya sebat, kopi ya sruput.
Bagian belakang toko material dan lapak bakso itu luas, dan ujungnya dibatasi oleh benteng. Memang, di balik benteng itu adalah pemakaman. Tapi, selama ini nggak pernah ada kejadian aneh yang menimpa kami. Meskipun bagi beberapa orang, suasana di tempat itu angker gitu. Tapi, siapa peduli?
Posisinya, saya duduk menghadap ke jalan alias membelakangi benteng itu. Sementara si Odol, dia menghadap ke benteng yang di atasnya banyak pohon-pohon lebat. Obrolan yang kami perbincangkan pun biasa saja. Kalau nggak ngomongin duit ya ngomoning orang.
Ketika hilang obrolan, suasana pun hening. Cuma ada suara rokok, dan seruputan kopi. Pandangan si Odol diperhatikan memang sering lihat kesana kemari. Sampai tiba-tiba ada suara yang kenceng banget, mirip ketawa kuntilak.
"Kukukukukukukukuk...." Seperti itulah kira-kira suaranya.
Tiba-tiba mata si Odol melotot ke arah saya sampai kebingungan. Tanpa ini-itu, dia langsung lari terbirit-birit sambil teriak. Saya kira dia ngelihat penampakan yang ada di belakang saya, sehingga saya pun ikut takut dan langsung lari.
Rasanya jantung mau copot, apalagi si Odol yang mukanya pucet udah kayak orang mau pingsan. Saya diberitahu oleh teman yang lagi jaga lapak bakso kalau suara itu ya suara burung. Tapi saya yakin dia belum pernah mendengar suaranya.
Azan Isya berkumandang, saya pun mengajak si Odol kembali ke tempat itu. Biasanya kalau diiringi suara azan rasanya nggak serem-serem amat. Karena ketika lari itu saya denger ada suara gelas jatuh.
Akibat kerusuhan itu, satu gelas belah menjadi dua. Haduh, mana gelas itu punya orang. Bungkus rokok yang ada di meja pun kotor terguyur kopi. Untung masih ada beberapa  batang yang tersisa dan bersih.
Kembali ke lapak bakso, saya yang orangnya penuh dengan rasa penasaran langsung searching untuk mencari tahu suara apa itu sebenarnya. Dengan berbagai kata kunci saya cari-cari namun belum membuahkan hasil.
Mula dari "Burung bersuara kuntilanak" sampai "Burung mirip ketawa kuntilanak". Sampai akhirnya saya menemukan artikel berita di salah satu media online yang mengatakan bahwa musang yang lagi birahi suaranya mirip dengan suara kuntilanak lagi ketawa.
Karena rasa penasaran yang sudah berada di ambang batas, akhirnya saya buka YouTube dan langsung mencari suara musang yang lagi birahi. Alangkah terkejutnya saya karena suara itu mirip dengan suara yang saya dan Odol dengar.
Akhirnya, saya menunjukan video itu ke si Odol dan kita malah ketawa-ketawa. Memalukan rasanya, kita ditakut-takuti oleh musang yang lagi pengen kawin. Sampai tua nanti cerita ini pasti akan terkenang.
Kami pun kembali ke tempat ngopi itu sambil nyebat, setiap kali suara itu muncul. Kami malah ketawa-ketawa nggak jelas. Tapi, yang pasti, saya kesel sama musang-musang itu. Kalau memang mau birahi dan kawin nggak usah nakut-nakutin, ngajak juga nggak.
Baca blog saya di Gadget Rame
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H