Mohon tunggu...
Afry Anti Umaeroh
Afry Anti Umaeroh Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Penulis Pemula

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Stop Berkata, "Namanya Juga Anak-Anak"

21 September 2023   23:36 Diperbarui: 30 September 2023   01:30 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cuplikan drama Juvenile Justice (dok.Netflix)

Kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata-kata "namanya juga anak-anak" di telinga kita. Terkadang, kita menggunakannya untuk meremehkan tindakan-tindakan yang mungkin dianggap kurang bijaksana yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja.

Namun, apakah kita masih dapat menggunakan kata-kata tersebut untuk membenarkan perilaku mereka ketika mulai menyakiti temannya?

Beberapa hari terakhir, media tengah sering memberitakan kasus bullying yang terjadi di kalangan remaja. Bullying atau perilaku intimidasi merupakan salah satu contoh nyata di mana kita harus merenungkan ulang memaklumi kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak-anak dan remaja dengan berkata "namanya juga anak-anak."

Seiring dengan perkembangan teknologi dan penyebaran media sosial saat ini, perundungan dapat terjadi di berbagai platform, dari ruang kelas hingga dunia maya. Ini adalah masalah serius yang perlu kita tangani secara serius, bahkan jika pelakunya adalah anak-anak atau remaja.

Seperti halnya yang saat ini tengah ramai diperbincangkan, yaitu kasus siswi sekolah dasar yang matanya ditusuk menggunakan tusuk bakso hingga mengalami kebutaan secara permanen karena menolak uang jajannya diminta oleh kakak kelasnya.

tangkapan layar (www.bbc.com)
tangkapan layar (www.bbc.com)

Jika dipikir, anak-anak mana yang dapat bertindak sejauh itu sampai menyakiti dan melukai temannya? Tentu itu bukan tindakan yang dapat dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kalangan netizen, Kok bisa? Apa dia terinspirasi dari suatu tayangan yang ia tonton? Bagaimana dengan peran orang tuanya dalam mendidik anak tersebut, sampai-sampai anaknya menjadi tukang bully di sekolah? dan lain sebagainya.

Baca juga: Drama Korea 'Juvenile Justice': Menyadarkan Bahwa Kenakalan Remaja Tidak Bisa Diabaikan

Setiap kali mendengar kabar maupun berita mengenai kasus kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak maupun remaja, saya selalu teringat dengan salah satu drama Korea yang berjudul Juvenile Justice. Drama tersebut menceritakan tentang kenakalan remaja yang terjadi di Korea dan bagaimana hukum menindak kejahatan tersebut.

cuplikan drama Juvenile Justice (dok.Netflix)
cuplikan drama Juvenile Justice (dok.Netflix)

Drama ini memberikan tamparan keras bahwa meskipun anak-anak maupun remaja, jika melakukan kesalahan yang fatal maka akan ada konsekuensinya, dan tidak sembarangan bisa menyakiti orang lain karena akan berurusan dengan hukum.

Kita semua, baik sebagai orang tua, guru, atau anggota masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak dan remaja.

Ilustrasi/connecticutchildrens.org 
Ilustrasi/connecticutchildrens.org 

Khususnya peran orang tua dalam mendidik anak, perlu terlibat secara aktif dalam kehidupan anak-anak mereka, baik secara fisik maupun online. Mereka harus mengawasi aktivitas online anak-anak mereka dan memberikan dukungan saat mereka menghadapi masalah.

Semoga kasus tersebut mendapati titik terang agar korban bisa mendapat keadilan. Dan pihak orang tua maupun sekolah tidak berusaha keras untuk melindungi pelaku, ajarkan anak-anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

Mengatakan "namanya juga anak-anak" mungkin memiliki tempatnya dalam beberapa konteks, tetapi bukan dalam hal perilaku merusak seperti bullying.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun