Mohon tunggu...
Afrillia Dian
Afrillia Dian Mohon Tunggu... -

Something that can't you imagine | @AJINOMOTI | mengejarhujan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Buat Bumi

6 Agustus 2014   00:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teruntuk : Bumi yang tampan memesona, baik hatinya dan manis senyumnya.

Bumi, aku menemukanmu secara tak sengaja. Hari itu, di dalam sebuah kelas dadakan, ya, di sana lah aku menemukanmu walau itu tidak bisa disebut sebuah pertemuan. Nyatanya, selama tiga bulan ini kita memang tak pernah bertemu. Tak bertatap muka. Tak bertukar suara. Tak berbalas kata. Tapi kamu selalu ada. Kamu tahu itu?
Bumi, sudikah namamu kusebut dalam setiap kata-kata yang aku biarkan menari-nari liar dalam setiap halamanku? Namamu bahkan ada dalam setiap kalimat, setiap paragraf, setiap lembar. Dalam catatanku, dalam hatiku, dan dalam ingatanku.

Bumi, kamulah nyawaku, tanpa adanya kamu, matilah aku.

Bumi, terima kasih karena kamu hanya diam dan pasrah ketika aku membentukmu menjadi segala rupa, semauku. Berani benar aku ini, menelanjangimu bulat-bulat, meraba-raba setiap lekuk yang menurutku sempurna, lalu menjelajahi semua yang ada dalam dirimu. Percayalah, kamu adalah segala yang aku inginkan, tak akan kubuat sedikit pun cacat pada dirimu. Apakah bayanganku tentangmu sudah tepat?

Bumi, ingin tertawa rasanya saat malam itu kamu datangi aku dalam mimpi. Kamu menyerangku! Hahahaha. Seolah kamu ingin bicara “Hei, aku tak seperti itu!” Sudahlah, diam saja, ide gilaku lebih membuatmu menarik dari dirimu yang asli. Kamu hanya perlu diam. Oke?

Bumi, maukah kamu menceritakan padaku tentang cinta? tentang kehilangan yang katanya sempat menghancurkan hidupmu? Atau tentang amarah yang pada akhirnya buatmu bangkit sebangkit-bangkitnya?

Bumi, kukatakan sejujurnya padamu. Setiap malam yang kuhabiskan bersamamu adalah waktu paling menyenangkan dalam hidupku. Kamu tahu, aku bahkan tak lagi merasa sepi. Ya, kamu telah meramaikan hidupku. Janganlah kamu minta aku untuk terus tersenyum. Bersamamu aku selalu meledakkan tawaku sampai sakit perut. Sampai sakit gigiku. Sampai aku sakit jiwa!

Bumi, kamu serupa candu yang membuat aku hilang akal. Membayangkanmu membuat aku terbang melayang ke duniamu dan rasanya aku tak ingin kembali ke dunia yang sinting ini.

Karena begitu baiknya kamu telah meminjamkan ragamu bermalam-malam dalam tubuhku, aku ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, sebanyak-banyaknya.

Bumi, terima kasih untuk senyumanmu yang memabukkan. Jangan jauh-jauh, aku selalu senang saat mabuk kepayang karena senyumanmu!

Bumi, terima kasih karena kamu selalu ada walau kamu entah di mana. entah siapa. entah apa. entah lah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun