Berperilaku adalah bertindak atau bermaksud dengan cara tertentu (webster new ideal dictionary). Perilaku dapat berupa gerak reflek yang tidak direncanakan (kedipan mata), memiliki tujuan (menyapa orang), gerak tubuh sederhana (seperti ketika duduk) sampai pada gerakan kompleks (menari, drama).
Cara yang paling mudah untuk melakukan skrening pada anak berkebutuhan khusus adalah melihat perilakunya. Oleh sebab itu penting untuk mendiskusikan perilaku karena berpengaruh pada proses belajar mengajar. Saat bertanya kepada guru reguler maka jawaban mereka selalu mengarah pada perilaku yang tidak diterima. Tidak ada perilaku yang baik atau buruk namun kualitasnya dapat ditentukan dengan faktor usia, waktu, dan tempat perilaku itu muncul. Â seperti contoh, Pada ABK yang suka meludah di kelas dan menyikat gigi dengan memakan pasta giginya, maka yang perlu dilakukan adalah menghentikan perilaku meludah di kelas namun meningkatkan meludah saat gosok gigi.
Perilaku Adaptif adalah keterampilan yang diperlukan untuk kemandirian hidup di beberapa area berikut ini: bina diri, sosial, komunikasi, mobilitas, bekerja, waktu luang, keikutsertaan dalam masyarakat. Perilaku merupakan sesuatu yang dipelajari, tidak permanen namun dapat dilatih, diajarkan dan dirubah atau dimodifikasi. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari rangsangan tertentu. Mislanya saat ada nyamuk menggigit, maka orang akan tergerak untuk memukulnya. Pada anak yang memiliki gangguan perilaku maka pengelolaannya haruslah spesifik sesuai kebutuhan anak. Untuk modifikasi perilaku yang diprogramkan oleh guru disesuaikan pada kondisi dan lingkungan anak.
prinsip-prinsip dasar perilaku
1. Perilaku Lemah (Behavioral Defisit)
2. Perilaku Berlebihan
Tahapan dalam Melakukan Pengelolaan Perilaku
a) Mengenali masalah perilaku. Hal ini dilakukan dengan cara :
Memilih salah satu masalah perilaku pada anak
Melakukan asesmen dengan menggunakan skala motivasi. Skala ini hanya
untuk menskrening bukan untuk mengakses.
b) Mengamati lingkungan kejadian (kapan, dimana, dengan siapa, mengapa dan
apa yang terjadi berikutnya).
c) Prioritas sasaran perilaku yang akan dimodifikasi
Modifikasi perilaku merupakan penerapan teori belajar operant conditioning untuk mengubah perilaku. Operan conditioning ditemukan oleh dr B.F skinner mengacu pada hubungan antara kejadian di lingkungan yang berdampak pada perubahan spesifik perilaku yang ingin diubah. Tingkah laku terjadi apabila ada stimulus khusus. Skinner berpendapat, pribadi seseorang terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya penghargaan dan hukuman. Penghargaan akan diberikan untuk respon yang diharapkan sedangkan hukuman untuk respon yang salah. Pendapat skinner ini memusatkan hubungan antara tingkah laku dan konsekuen.
Jadi, konsekuen yang menyenangkan akan bertambah frekuensinya, sementara konsekuensi yang tidak menyenangkan akan berkutrang frekuensinya. Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu:
1. Respondent response (reflexive response), yaitu respom yang ditimbulkan oleh suatu perangsang tertentu. Misalnya, keluar air liur saat melihat makanan tertentu
2. Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang itu memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme.
Penggunaan reinforcement secara beragam dapat juga mempengaruhi cepat lambatnya siswa melakukan tugas-tugas belajar. Kalau reinforcement itu didasarkan atas banyaknya respon yang diberikan seseorang, siswa akan lebih cermat mengendalikan waktu yang digunakan untuk reinforcement. Semakin cepat siswa mengumpulkan respon yang benar, semakin cepat pula reinforcement diperolehnya. Aspek lain yang dikenakannya reinforcement adalah kegigihan berusaha. Kalau reinforcement sama sekali tidak diberikan, orang akan kendur semangat dan akhirnya tidak merespon sama sekali atau tingkah laku itu akan menghilang. Untuk Mengendalikan konsekuensi ada dua hal yang perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi, yaitu:
1) Reinforcement positif
Disebut reinforcement positif apabila suatu stimulus terentu (menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan. Misalnya, pada saat guru mengatakan tidak untuk permintaan bekal, ketika siswa menangis dan guru tidak memberi bekal dan anak diajak melakukan hal lain sampai pada waktu istirahat tiba. Perilaku menangis akan berkurang meskipun di awal tampak meningkat, hal ini melemahkan perilaku anak (positive reinforcement)
2) Reinforcement negative
Dinamakan reinforcement negative apabila suatu stimulus tertentu (tidak menyenangkan) ditolak atau dihindari. Reinforcement negative memperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Misalnya, Pada saat guru mengatakan tidak untuk permintaan bekal dan anak menangis sehingga pada saat lain anak belajar bahwa perilaku menangis akan meluluskan keinginannya. Jadi, memberi bekal sebelum istirahat saat anak menangis negative reinforcement. Negatif reinforcement merupakan pengalihan sementara punishment dapat meningkatkan. Positive dan negatif reinforcement merupakan penguatan.
Pemberian Penguatan dibedakan menjadi dua jenis yaitu
- Penguatan Positif
Mempertahankan/meningkatkan respon tertentu sebagai hasil dari penambahan rangsangan
- Penguatan Negatif
Usaha untuk menghilangkan perilaku sasaran tetapi hasilnya perilaku masih ada bahkan lebih buruk dari perilaku sebelumnya. Biasanya rangsangan yang dihilangkan merupakan sesuatu yang kurang disukai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H