Integritas secara umum dapat diartikan sebagai prinsip yang berhubungan dengan kejujuran, konsistensi dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika yang diakui secara luas, serta tanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan yang diambil. Dalam konteks akademik, integritas menjadi nilai fundamental yang harus dijaga, karena di sinilah landasan utama kepercayaan publik terhadap dunia pendidikan dan penelitian.
Integritas sarjana adalah bentuk integritas yang diwujudkan dalam dunia akademis, baik di lingkungan perguruan tinggi, penelitian, maupun dalam kegiatan ilmiah lainnya. Sarjana yang berintegritas menunjukkan sikap yang konsisten dalam menjalankan tugas akademik dengan jujur, menghargai orisinalitas, dan berkomitmen pada kebenaran ilmiah. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti:
- Kejujuran Akademik: Mahasiswa atau dosen yang memiliki integritas tidak akan terlibat dalam tindakan seperti menyontek, plagiarisme, atau manipulasi data penelitian. Kejujuran adalah salah satu prinsip inti dalam integritas akademik, dan seorang sarjana yang berintegritas harus menghargai proses pencarian ilmu pengetahuan yang autentik dan transparan.
- Kepatuhan terhadap Aturan dan Etika: Selain kejujuran, integritas sarjana juga mencakup kepatuhan terhadap aturan akademik dan kode etik profesi. Hal ini bisa meliputi cara mengutip sumber secara benar, melakukan riset dengan metodologi yang sesuai, serta menghargai karya orang lain dengan tidak menyalinnya tanpa izin atau pengakuan.
- Orisinalitas dan Inovasi: Integritas sarjana menuntut seseorang untuk menghasilkan karya yang asli. Ini berarti bahwa setiap penelitian, penulisan, atau presentasi ilmiah yang dilakukan adalah hasil dari kerja keras dan pemikiran sendiri, bukan sekadar menyalin atau menggunakan ide orang lain tanpa modifikasi atau kontribusi pribadi.
- Tanggung Jawab Akademik: Tanggung jawab akademik berarti seorang sarjana harus bertanggung jawab atas apa yang ditulis, disampaikan, atau diteliti. Jika ada kesalahan, baik dalam metodologi maupun interpretasi data, sarjana yang berintegritas akan dengan jujur mengakui kesalahan tersebut dan bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
Dalam berbagai literatur, integritas sarjana dipandang sebagai salah satu pilar utama yang menopang kredibilitas dan kualitas dunia akademik. Misalnya, Basri (2019) menyebutkan bahwa integritas akademik bukan hanya soal menaati aturan tertulis, tetapi lebih kepada komitmen moral seseorang untuk selalu menghargai kebenaran ilmiah dan menghormati hak-hak kekayaan intelektual orang lain. Oleh karena itu, pengembangan integritas harus dimulai sejak dini, dari level mahasiswa hingga menjadi sarjana dan ilmuwan yang profesional.
Integritas akademik adalah kunci bagi keberlanjutan kepercayaan terhadap hasil penelitian dan pendidikan yang dihasilkan oleh sebuah perguruan tinggi. Tanpa integritas, lulusan perguruan tinggi tidak akan memiliki landasan moral yang kuat untuk berkontribusi kepada masyarakat. Beberapa alasan mengapa integritas sarjana menjadi penting antara lain:
- Menjamin Kualitas Ilmu Pengetahuan: Ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari proses akademik harus dapat dipercaya. Pelanggaran integritas, seperti plagiarisme dan manipulasi data, akan merusak kualitas ilmu pengetahuan tersebut.
- Membangun Reputasi Akademik: Integritas tidak hanya mencerminkan kejujuran seseorang, tetapi juga berkontribusi pada reputasi perguruan tinggi tempat seseorang belajar atau bekerja. Institusi pendidikan yang berhasil mempertahankan standar integritas akademik tinggi akan lebih dihormati dan diakui oleh masyarakat luas.
- Menghindari Konsekuensi Hukum: Pelanggaran terhadap integritas akademik, seperti pencurian ide atau plagiarisme, dapat menimbulkan konsekuensi hukum. Di Indonesia, hak cipta dan kekayaan intelektual dilindungi oleh undang-undang, sehingga tindakan yang melanggar hak-hak ini dapat berujung pada sanksi hukum.
Integritas sarjana merujuk pada kejujuran, komitmen, dan konsistensi dalam tindakan, pemikiran, serta keputusan yang diambil oleh individu yang telah menempuh pendidikan tinggi. Seorang sarjana dengan integritas adalah seseorang yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuannya secara etis dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Dalam konteks akademik, integritas berhubungan erat dengan kejujuran akademik, yang mencakup larangan terhadap plagiarisme, kecurangan, dan manipulasi data. Namun, integritas sarjana juga melampaui aspek teknis, mencakup bagaimana seorang individu tetap teguh pada nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan tanggung jawab sosial, bahkan di tengah tekanan atau kesempatan untuk bertindak tidak etis.
Integritas sarjana adalah salah satu fondasi utama dalam membentuk profesional yang berkontribusi positif bagi masyarakat. Individu yang berintegritas memiliki rasa tanggung jawab moral untuk tidak hanya mengikuti aturan, tetapi juga mempertimbangkan dampak dari keputusan mereka terhadap orang lain. Hal ini sangat penting dalam berbagai profesi, baik dalam dunia bisnis, hukum, pendidikan, teknologi, maupun medis, di mana keputusan yang diambil dapat berdampak luas. Sarjana yang berintegritas akan mengutamakan kebaikan umum dan memegang teguh nilai-nilai etika dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
Pengertian Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg adalah salah satu teori paling berpengaruh dalam memahami bagaimana individu berkembang secara moral seiring dengan waktu. Kohlberg, seorang psikolog Amerika yang terinspirasi oleh karya Jean Piaget, mengembangkan teori ini sebagai cara untuk menjelaskan bagaimana seseorang membuat keputusan moral berdasarkan tahapan perkembangan kognitifnya.
Teori ini berfokus pada tahapan pengambilan keputusan moral yang bergerak dari orientasi yang sangat egosentris dan berfokus pada kepentingan pribadi, hingga ke tahap di mana individu dapat membuat keputusan moral berdasarkan prinsip-prinsip universal yang berlaku untuk semua orang. Menurut Kohlberg, perkembangan moral seseorang tidak tergantung pada usia atau tingkat pendidikan, tetapi pada pemahaman kognitif mereka tentang apa yang benar dan salah.
Kohlberg membagi perkembangan moral ke dalam tiga tingkat utama yang terdiri dari enam tahap, yaitu: