Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Bermimpi

16 Juni 2024   11:13 Diperbarui: 16 Juni 2024   12:54 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku punya banyak mimpi. Mimpi ini dan mimpi itu, namun sepertinya pada kehidupan kali ini hidupku tidak terlalu mujur. Karena segala yang kuimpikan hanya layaknya gelembung-gelembung balon yang tak akan bertahan lama lalu pecah. Tetapi, ya, sudahlah lebih baik aku tidur saja. Selamat bermimpi.

Hari ini aku lebih bersemangat, semalam aku bermimpi menjadi seorang pelukis handal. Tentu ini sangat memungkinkan dengan daya imajinasiku yang begitu tinggi ditambah sangat relate jika kuhubungkan dengan pekerjaanku saat ini. Yap, aku penjual agar-agar yang bisa di request gambarnya dan biasa dibeli oleh bocah-bocah kecil. Tetapi apakah dengan begini mimpiku akan segera terwujud? Entahlah.

"Abang, aku mau gambar rumah," ucap seorang bocah membuyarkan lamunanku sembari menyodori uang lima ratusan.

Tapi mungkin ini jalannya. Aku harap begitu.

Di rumah, aku jadi kepikiran, selama ini aku berjualan rasanya tidak ada sedikit pun tabungan yang terkumpul dan hidupku begini-begini saja. Untuk kebutuhan hidup dan sisanya buat kesenanganku. Ah ya, meski begini pun aku tetap bisa bersenang-senang. Contohnya kesenanganku adalah saat dapat membeli kopi di warteg langgananku karena yang melayani sungguh jelita. Walaupun aku tidak pernah berani untuk menggodanya, hanya sekadar memandanginya saja. Itu sudah sangat cukup menyenangkan.

Di rumah lagi, aku semakin liar membayangkan Mbak penjual warteg itu menjadi istriku pasti sangat membahagiakan--ah, lagi-lagi suara TV tetangga sangat ribut malam ini, mengganggu saja. Lagian hanya karena sinetron yang viral itu, para ibu-ibu tetangga jadi berkumpul di rumah sebelahku karena hanya ia yang memiliki TV di sini. Sungguh mengesalkan.

Pagi datang aku lanjut menyiapkan daganganku, walaupun cuma bermodalkan agar-agar dan susu sachet saja tetapi terkadang cukup merepotkan saat tubuh sekaligus pikiranku sedang sangat malas. Namun, bisa apa. Toh ini buat kebutuhan hidupku juga, kan. Jadi bertindak tidak realistis hanya akan membuatku susah saja.

"Abang, aku mau gambar mobil," pinta pelanggan bocah pertamaku hari ini sembari menyodorkan uang seribu rupiah karena membentuk mobil membutuhkan dua agar-agar. Kalau ada yang bertanya kenapa tidak menggunakan satu agar-agar saja seperti saat membuat rumah. Aku pasti akan menjawabnya dengan kemampuanku untuk berterus terang. Bahwa di jaman sekarang, entah bagaimana bentuk rumahmu atau kondisi di dalamnya, yang penting kan di luar lebih bagus dan orang lain akan lebih dapat mengapresiasikan dirimu dengan sangat baik. Jadi mobil harus dibuat semewah mungkin.

Aduh, sepertinya hari ini juga tidak terlalu mujur. Daganganku hanya laku satu dan itu pun dari pelanggan pertamaku tadi. Sekarang sudah sore tidak ada yang tertarik lagi, sepertinya aku harus membeli kerupuk kaleng saja untuk makan hari ini. Alhamdulillah.

Kembali ke rumah. Ternyata hidup sendiri apalagi merantau seperti ini sangat sepi ya. Terkadang aku rindu pulang ke kampung halaman. Orang rumah pasti sedang menunggu kepulanganku juga. Sudah berapa tahun rasanya sangat sulit untuk sekadar pulang saja, terlalu rumit ditambah aku tidak menjadi apa-apa di sini meski sudah tinggal sekian tahun di kota  sebesar ini. Sudahlah. Selamat bermimpi.

Pagi ini aku demam. Sungguh tidak enak badanku. Tidak ada obat juga jadi hanya bisa mengandalkan daya tahan tubuhku saja. Semoga saja lekas membaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun