"Gambarin apa?"
"Aku mau Abang gambarin mimpi aku!" Serunya semangat. Aku melirik bocah itu, seperti mirip sepertiku waktu kecil dulu yang sangat terlihat polos sekali.
"Apa memang mimpi kamu, Cil?"
"Gatau, Abang. Makanya gambarin aja."
"Abang, gatau mimpi kamu, kan." Bocah itu malah memasang wajah terheran-heran sembari menatapku. Aku jadi sedikit tertawa. Rasanya ekspresi itu pernah kugunakan juga saat sedang ditanya oleh guruku waktu itu.
"Kamu emang punya mimpi apa, Cil?" Tanyaku serius.
"Aku punya banyak mimpi Abang. Mimpi ini dan mimpi itu," jawabnya lugas.
Aku pun menggambarkannya gelembung-gelembung kecil yang banyak sekali. Dan mungkin di sinilah gelembung-gelembung itu tidak akan bisa pecah kecuali agar-agar itu dimakan olehnya. Â Sama seperti mimpiku juga. Aku harap tak akan pernah pecah lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H