Mohon tunggu...
Afriza Hanifa
Afriza Hanifa Mohon Tunggu... Penulis, Ibu Rumah Tangga -

Stay-at-home mom, freelance writer, ex-journalist. Interested in writing, and love reading.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ternyata Selama Ini, Saya Konsumen Produk Bulog. Mungkin Kamu Juga!

2 Juni 2018   23:53 Diperbarui: 3 Juni 2018   00:44 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acap kali mendengar kata "Bulog", yang terlintas pertama adalah beras dan orang miskin. Yap! Raskin atau beras miskin pastilah muncul di benak karena Bulog lah yang berwenang mengedarkannya. Yang terpikirkan kedua tentang Bulog yakni pengawas dan penjamin tersedianya bahan pangan untuk warga. Sederhananya, misalkan saja tajuk berita "Stok daging aman sampai lebaran", pastilah pihak Bulog yang berkomentar. Iya kan?

Tapi oh tapi, saya baru saja dikejutkan tentang Badan Urusan Logitik milik negara ini. Pasalnya, selama beberapa bulan terakhir, ternyata saya menjadi salah satu konsumen setia produk Bulog. Tunggu! Saya bukannya mengambil jatah Raskin tanpa hak loh ya... Saya juga bukan penimbun bahan pangan yang patut disidak. Ialah produk dengan merk "Kita" yang saya maksud.

Siapa sangka produk yang saya dapat di minimarket modern dengan kualitas prima itu ternyata keluar dari pabrik Bulog. Mungkin kamu juga pernah membelinya, karena Bulog benar-benar ada di sekitar kita. Atau setidaknya, tanpa disadari, kamu pernah melihat produk berlabel "BUMN" di sebuah kemasan produk sembako.

Ekspansi Bulog ini terbilang sangat kreatif dan inovatif. Sebagai ibu rumah tangga, saya cukup perhitungan perihal belanja kebutuhan sehari-hari. Demi menghemat beberapa perak, atau mengejar diskon, saya bisa saja berkhianat dengan merk yang selalu saya gunakan. Artinya, saya adalah pelanggan yang tak loyal.

Beberapa bulan terakhir, saya kehilangan loyalitas saya pada satu merk gula pasir yang sangat terkenal seantero Indonesia. Saya tak pernah meninggalkan merk tersebut hingga melihat kemasan apik bermerk "Manis Kita" di deretan rak minimarket yang kiosnya nyaris ada di setiap kecamatan. Dengan harga yang lebih murah, saya mendapatkan kualitas yang nyaris sama seperti merk terkenal itu. Warnanya putih, bersih, dan sangat manis. Selama ini, tak pernah sedikit pun terpikirkan bahwa "Manis Kita" adalah salah satu produk Bulog.

Saya baru mengetahuinya ketika melihat sebuah poster lomba menulis yang diadakan Bulog. "Eh? Itu gula punya Bulog? Ko bisa?!" itu reaksi jujur saya, ala ibu rumah tangga rempong, begitu melihat logo merk gula langganan saya muncul di poster tersebut. Saya bahkan sempat mengecek kotak penyimpanan dapur demi melihat merk itu benar-benar sama. Saya akui, saya memang lebai. Abaikan saja.

sumber: kompasiana.com
sumber: kompasiana.com
Lalu saya pun bertanya-tanya, jadi... Bulog ke ranah komersil? Bulog jualan sembako? Penasaran, saya pun melakukan surfing di dunia maya. Ternyata saya ketinggalan berita! Produk merk "KITA" ini cukup banyak diberitakan media. Maklum saja, emak berdaster seperti saya ini mana tertarik dengan berita bisnis dan ekonomi. Bisa pusing sejuta keliling dapur!

Demi pembaca emak-emak sejenis saya, akan saya rangkumkan kabar tentang produk ajaib si "KITA" ini.

Ternyata oh ternyata, memang benar, produk KITA merupakan kegiatan komersial Bulog. Namun sambil menyelam minum air, panen sayur sambil panjat tebing... Bulog juga melakukannya demi public service. Loh ko bisa? Bulog tak ambil untung? Big No! Bulog menginginkan adanya standar produk dan menjaga stok selalu tersedia bagi masyarakat tanah air tercinta.

Itu bukan kata saya. Tapi kata Tempo.co yang mengutip statement dari Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog, Imam Subowo. Kata pak direktur, produk 'Kita' memang dibuat untuk menjaga standar dan menjaga keberlangsungan pangan dari sisi stok.

Ini baru awalnya ya, masih ada lanjutan yang perlu dibaca.

Murah Meriah dan Tersedia di Mana Saja

Produk "Kita" juga lahir berdasar semboyan Bulog, "Mudah, Murah, dan Sehat". Jadi sudah pasti produk "tersebut dijual dengan harga yang lebih murah dari produk sejenisnya di pasaran. Dirut Utama menjaminnya loh, katanya, "Komoditas dengan brand 'Kita' dijual, sebagai bukti bahwa negara mampu menjual barang yang sehat dengan kualitas baik, dan harga yang relatif murah," tutur Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, dilansir Tempo.

Produk "Kita" yang dijamin murah meriah itu ternyata sudah ada di pasar sejak Bulan Maret atau April tahun 2017 lalu. Namun saat itu baru ada dua produk, yakni "Beras Kita" dan gula "Manis Kita". Sayangnya, saya belum pernah menjumpai produk "Beras Kita". Mungkin karena di tahap awal, Bulog fokus penjualan di Rumah Pangan Kita atau RPK. Sementara saya (dan mungkin ibu rumah tangga pada umumnya) lebih menyukai belanja di ritel modern yang mudah dijumpai dan dekat dari rumah.

Syukurnya, pihak Bulog juga tengah gencar menjalin kerja sama dengan beberapa ritel modern. Hal ini dikabarkan beritajatim.com bahwa Bulog sudah bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) di tahun 2017. Bahkan, Bulog juga menjangkau pasar tradisional melalui kerja sama dengan Dinas Perdagangan di beberapa kota.

bumn.go.id/bulog
bumn.go.id/bulog
Ada 24 Produk

Ada yang mengejutkan lagi! Produk "Kita" juga sangat beragam jenisnya dari bahan pangan sehari-hari yang sangat dibutuhkan rumah tangga.

Dikabarkan ada 24 jenis produk yang dijual Bulog. Saya tak mendapati apa saja produk itu. Beberapa yang baru saya ketahui yakni Beras Kita, Gula Manis Kita, Minyak Goreng Kita, Terigu Kita, dan Daging Kita yang merupakan produk-produk unggulan. Saya juga mendapati ada "Bakso Kita" serta pilihan daging kerbau dan sapi untuk "Daging Kita".  Bayangkan saja jika mendapati semua bahan pokok itu dengan harga yang murah namun kualitas oke punya! Dijamin membahagiakan ibu rumah tangga seperti saya, dan para UMKM pastinya.

bumn.go.id/bulog
bumn.go.id/bulog
bumn.go.id/bulog
bumn.go.id/bulog
Produk Kita, Masyarakat Indonesia

Lalu saya pun tercerahkan, benar juga, dengan adanya produk "Kita", Bulog makin krusial dalam menjalankan tugas dan perannya bagi bangsa.

Perusahaan negara tersebut dapat dengan mudah melakukan intervensi pasar. Pastilah dampaknya sangat besar bagi hajat hidup banyak orang. Pemikiran mudahnya, kita tak akan lagi kesulitan mencari sembako berkualitas yang nyaris lenyap dari bumi pertiwi di momen-momen tertentu. Saat hari raya Idul Fitri, misalnya. Kita juga tak akan kehilangan sembako berkualitas di masa-masa gagal panen yang tak dapat diprediksi kapan terjadi.

Jika pemikiran saya itu benar, maka produk "Kita" adalah kabar gembira bagi rakyat Indonesia. Saya tak akan lagi mengalami pengalaman pahit mencari beras pulen yang sempat hilang beberapa waktu lalu. Pun pengalaman memandangi rak kemasan gula bermerk di supermarket yang kosong saat Bulan Ramadhan tiba. Atau merasakan pusingnya melihat harga minyak goreng jernih yang tak pernah memberikan diskon.

Saya pun berkesimpulan, sangat tepat menggunakan brand "Kita", karena sejatinya, produk tersebut adalah produk kita masyarakat Indonesia. Harapan besar semoga produk "Kita" dapat terus ada dan mudah dijumpai banyak orang. Saya pribadi amat sangat menanti dapat menemukan produk "Kita" yang lain (selain "Manis Kita") di ritel modern. Bahkan saya berpikir, mengapa tidak ada RPK Online? Atau toko resmi Bulog di marketplace?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun