"Pakeeetttt...!." Suara lantang kurir JNE di depan pagar rumah kami kerap terdengar sejak beberapa waktu terakhir. Setiap kali mendengar teriakan itu, anak-anak saya berhamburan keluar untuk mengambil paket tersebut.
Kebiasaan membeli barang secara online sebenarnya sudah sering kami lakukan. Namun, intensitas pembelian secara online ini semakin tinggi sejak pandemi Covid-19,. Wajar, sebab sejak adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah, praktis kami, terutama anak-anak tidak bisa lagi bebas keluar rumah untuk berbelanja. Terlebih sebagian besar toko dan pusat perbelanjaan juga tutup.
Ada perasaan bahagia, senang, dan puas terlihat di raut wajah anak-anak ketika mereka menerima paket dari Mas kurir JNE. Mereka bahagia karena masih bisa mendapatkan barang-barang yang mereka butuhkan tanpa harus keluar rumah. Berbagai macam barang, mulai dari sepatu, tas, baju, hingga alat elektronik sudah mereka beli secara online terutama melalui marketplace.
Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan saya juga. Sebagai orang tua, saya merasa telah memenuhi kewajiban dan tanggung jawab saya dalam berbagi dan memberi sesuatu kepada anak-anak saya. Rezeki yang saya peroleh dapat saya bagikan kepada anak dan istri saya sehingga membuat mereka bahagia. Bagi saya, esensi kebahagiaan itu adalah apabila kita dapat membahagiakan orang lain. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), bahagia diartikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).
Berbagi kebahagiaan juga saya rasakan ketika mengirimkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang baru saya perpanjang di Jakarta untuk sepeda motor yang dipakai anak saya kuliah di Bandung. Meski tidak bisa melihat secara langsung, saya bisa merasakan ekspresi kebahagiaan anak saya saat kami berkomunikasi melalui chatting via WA. "Terima kasih Pak. STNK-nya sudah aku terima. Sekarang aku bisa pakai motor lagi deh...," ujar anak saya itu.
Saya mempercayakan pengiriman STNK sepeda motor ke JNE, karena STNK termasuk barang berharga, dan mengirim melalui JNE ada jaminan asuransinya. Memang ada tambahan biaya asuransi, namun saya merasa lebih tenang karena terjamin.
Kebahagiaan akan semakin meningkat apabila kita tidak saja berbagi dan memberi, tapi juga bisa menyantuni sesama. Beberapa waktu lalu saya mengirimkan sejumlah buku untuk taman bacaan yang dikelola oleh teman saya. Dengan menggunakan jasa JNE, buku tersebut akhirnya terkirim ke taman bacaan tersebut. Dan buku-buku itupun ternyata sangat bermanfaat dalam mencerdaskan anak-anak jalanan yang diasuh oleh teman saya tersebut.
Saya membayangkan bagaimana gembiranya anak-anak jalanan tersebut membaca buku-buku yang saya sumbangkan tadi. Saya memang tidak bisa memberikan uang buat mereka. Namun ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam buku-buku tersebut sangat berharga dan tidak bisa dinilai dengan uang.
Berbisnis sambil bersedekah
Berbagi kebahagiaan tidak hanya berlaku untuk orang perorang saja, tapi juga bisa dilakukan oleh perusahaan besar sekelas PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir atau yang lebih dikenal dengan nama JNE. Diksi "kebahagiaan" menjadi elemen utama JNE dalam menjalankan roda usahanya. Itulah sebabnya mengapa merek dagang JNE menggunakan tagline "Connecting Happiness" yang bermakna menghubungkan kebahagiaan atau membagi kebahagiaan. Pun, di usianya yang ke-30 yang jatuh pada tahun 2020 ini, JNE mengambil tema ultah "JNE 3 Dekade Bahagia Bersama".
Penggunaan diksi "kebahagiaan" ini bukan sekadar slogan semata, melainkan sudah diwujudkan dalam aktivitas bisnisnya. Banyak bantuan dan aksi sosial yang sudah dilakukan oleh JNE, di antaranya adalah:
- Menggratiskan biaya pengiriman 100 ton bantuan Covid-19 bagi 1.200 fasilitas kesehatan dan 1.135 lembaga/perorangan yang tersebar di seluruh Indonesia.
- Donasi Rp 1 miliar kepada Pemprov DKI Jakarta melalui Baznas untuk para warga yang terdampak Covid-19.
- Donasi Rp 150 juta kepada 1.000 anak yatim piatu di 200 panti asuhan di wilayah Jakarta Barat.
- Donasi peduli Covid-19 kepada Pemprov Jawa Barat, Pemprov Jawa Tengah, dan Pemkot Surabaya masing-masing sebesar Rp 500 juta, Rp 250 juta, dan Rp 250 juta.
Itu baru bantuan dalam rangka Covid-19. Sebelum itu, sudah tidak terhitung bantuan dan donasi yang disalurkan JNE yang tentunya sangat dirasakan manfaatnya bagi banyak orang. Berkat kedermawanannya terhadap sesama itu, JNE berhasil  meraih penghargaan sebagai "Perusahaan dengan CSR Terbaik" dari Baznas dua kali berturut-turut, yaitu pada tahun 2019 dan 2020.
Kebahagiaan JNE dalam berbagi, memberi, dan menyantuni ini tidak terlepas dari peran Soeprapto Suparno dan Djohari Zein, para pendiri JNE yang dikenal dengan sifat kedermawanannya. Pak Prapto dan Pak Jo, demikian panggilan akrab keduanya, menerapkan nilai-nilai spiritual dalam menjalankan roda bisnisnya. Mereka sangat yakin, berbisnis sambil bersedekah akan mendatangkan manfaat yang luar biasa.
Kerja keras Pak Prapto dan Pak Jo dalam mengembangkan perusahaan jasa ini berbuah manis. Saat mengawali karier bisnisnya, mereka hanya punya modal Rp 100 juta dengan delapan orang karyawan. Namun sekarang, JNE telah memiliki lebih dari 15.000 karyawan dan jaringan lebih dari 5.000 agen, dengan melayani lebih dari 1 juta paket per hari untuk tujuan dalam dan luar negeri.
Pada tahun 2010, JNE sudah berhasil meraup omzet hingga Rp 1 triliun, dan terus meningkat sekitar 30%-40% setiap tahunnya. Dari keuntungan usaha inilah, sebagian di antaranya dialokasikan untuk kegiatan sosial. Selain itu, keuntungan yang terus bertambah tentunya akan meningkatkan kesejahteraan karyawan seperti kenaikan gaji, tunjangan dan bonus. JNE kini dipimpin oleh Mohamad Feriadi yang merupakan putra dari Pak Prapto.
Tumbuh kembang JNE memang tidak terlepas dari trend industri yang kini memasuki era industri 4.0, yaitu suatu trend industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Zaman yang juga dikenal dengan sebutan era digital ini telah mengubah perilaku transaksi jual beli barang/jasa dari pola konvensional menuju kepada pola transaksi berbasis internet, yaitu belanja online atau e-commerce.
Di sinilah perusahaan logistik, termasuk JNE memanfaatkan momentum dari era industri 4.0 ini. Akan tetapi, hal itu tidak lantas menjamin bahwa perusahaan logistik bisa dengan mudah berkembang hanya dengan mengandalkan trend era digital ini saja. Dibutuhkan manajemen yang kuat dan tangguh untuk dapat bersaing dengan perusahaan sejenis.
JNE terbukti mampu menghadapi persaingan ini dengan sukses. Semua hasil gemilang dari jerih payah Pak Prapto dan Pak Jo inilah yang dia sebut sebagai keajaiban dari sedekah. Ya, ini sesuai dengan petuah bijak yang menyebutkan bahwa tidak ada orang yang jatuh miskin gara-gara rajin bersedekah. Yang terjadi justru sebaliknya, makin rajin sedekah, makin lancar rezekinya.
Inilah hidayah dan berkah yang telah Allah SWT berikan kepada Pak Prapto dan Pak Jo serta JNE sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan jasa antar (kurir) dan logistik yang terpercaya seperti sekarang ini. Dirgahayu 30 tahun JNE. Teruslah berbagi kebahagiaan demi kemaslahatan ummat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H