Kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 sering berubah-ubah, plin-plan, tidak konsisten, sehingga membingungkan masyarakat. Masyarakat pun tidak disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Di satu sisi, pemerintah berupaya menggerakkan roda perekonomian dengan membuka kembali moda transportasi publik, membuka pasar dan mall, serta mewajibkan karyawan BUMN bekerja kembali. Adapun, untuk kegiatan ibadah di mesjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya tetap dilarang karena tidak ada hubungan langsung dengan perekonomian. Akibatnya, bandara penuh sesak oleh penumpang, pasar dan mall ramai dikunjungi pembeli.
Namun di sisi lain, kebijakan tersebut tidak dibarengi dengan kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Banyak orang berkerumun di bandara dan pasar tanpa memakai masker dan tidak menjaga jarak.
Di satu sisi, pemerintah selalu menyalahkan masyarakat yang tidak disiplin dan tidak mematuhi protokol kesehatan, yakni tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, dan tidak mencuci tangan dengan sabun.
Namun di sisi lain, pemerintah justru sering pula melakukan kesalahan dan pembiaran. Sesi foto bersama para pejabat negara dengan para artis dalam konser amal yang diadakan BPIP yang tanpa memakai masker dan tidak menjaga jarak, menjadi satu contoh kesalahan pemerintah. Kerumunan orang saat acara penutupan gerai McDonald Sarinah Thamrin yang tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak, juga menjadi contoh pembiaran dari pemerintah terhadap aktivitas warga yang meniyimpang dari aturan Covid-19. Â
Di satu sisi, pemerintah bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan masyarakat, bahkan tidak jarang menciduk dan memprosesnya secara hukum. Namun di sisi lain, ketika pemerintah berbuat salah, seperti sesi foto bersama di acara konser BPIP, cukup diselesaikan dengan "Permintaan Maaf" saja.
Di satu sisi, pemerintah mengimbau masyarakat untuk diam di rumah. Namun di sisi lain, banyak warga yang bebas berkeliaran di luar rumah. Akibatnya, warga yang tadinya patuh diam di rumah saja, kini mulai "ngambek" dan ikut-ikutan ke luar rumah.
Semua itu menjadi masalah yang sangat dilematis bagi pemerintah. Ibarat makan buah simalakama. Masyarakat pun akhirnya menjadi apatis melihat keadaan yang penuh dengan ketidakpastian ini. Para tenaga medis juga mulai kelelahan menangani pasien Covid-19. Karena itu, tidak heran jika akhirnya muncul tagar #IndonesiaTerserah#. Ini adalah wujud dari kepasrahan dan keputusasaan warga melihat kasus pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai.
Lalu, bagaimana mengatasi masalah ini? Terserahlah.........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H