Pembagian bansos juga bermasalah. Banyak masyarakat yang berhak malah tidak menerima bantuan tersebut. Tidak jarang Jokowi harus turun tangan sendiri membagikan sembako kepada warga. Ada 2 penilaian terhadap tindakan ini: Jokowi memanfaatkan momentum ini untuk melakukan pencitraan, atau Jokowi memang sudah tidak percaya dengan bawahannya.
Pudarnya wibawa Jokowi semakin lengkap ketika anak kemarin sore yaitu Staf Khusus Milenial melakukan manuver dengan memperkaya diri sendiri melalui pemanfaatan proyek Covid-19 bernilai triliunan rupiah. Ini tamparan yang sangat keras dari anak ingusan terhadap presidennya.
Hanya Petugas Partai
Penyebab utama lemahnya wibawa dan wewenang Jokowi sebagai presiden adalah karena sejak awal dia hanya dianggap sebagai "petugas partai" oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
Karena Jokowi diusung oleh partai (PDI-P), maka itu berarti Jokowi harus patuh dan tunduk kepada Megawati sebagai Ketua Umum partai. Akibatnya, Jokowi tidak bisa bebas dalam menentukan kebijakan. Dia selalu berada di bawah bayang-bayang Megawati.Â
Sebelum memutuskan sesuatu kebijakan, dia harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Megawati, termasuk dalam penentuan orang-orang yang akan duduk sebagai menteri di kabinet Jokowi. Karena begitu kuatnya pengaruh Megawati, maka sebagian masyarakat menjuluki Jokowi sebagai "Presiden Boneka".
Sepak terjang China---yang membuat Jokowi tidak berkutik--juga tidak terlepas dari peran serta Megawati beserta para konlomerat asal China, serta LBP tentunya. LBP sepertinya dapat dengan leluasa mengambil kebijakan sendiri demi mewujudkan kepentingan China di Indonesia, tanpa perlu lagi meminta izin kepada Presiden.
Manuver China ke dalam tubuh Jokowi sebenarnya sudah terjadi sejak Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang notabene adalah keturunan Tionghoa. Sejak saat itulah Jokowi sepertinya sudah tersandera oleh kepentingan China melalui kaki tangannya di Indonesia yang notabene adalah orang-orang yang justru berada dalam satu tim dengan dia.
Sadar segala sepak terjangnya akan mendapat protes dari masyarakat, para pembantu Jokowi sengaja memelihara buzzer dan mempertahankan eksistensi cebong sebagai relawan serta pendukung setia Jokowi.
Para buzzer dan cebong inilah yang ditugaskan untuk meredam protes dari masyarakat atau pihak anti pemerintah/opisisi, sekaligus melakukan serangan balik terhadap mereka. Tujuannya untuk melanggengkan kekuasaan. Ketika pidato kemenangan Pilpres 2019, Jokowi sudah tidak ingin lagi ada pengkotak-kotakan. Dia tidak mau lagi ada cebong dan kampret. Dia ingin semua bersatu membangun negeri.Â
Namun fakta di lapangan berbicara lain. Perseteruan cebong dan kampret masih terus terjadi. Pemerintah pun pada akhirnya cenderung jadi bertangan besi. Siapapun yang mengkritik kebijakan pemerintah, langsung ditangkap. Pemerintah terkesan anti kritik.