Mohon tunggu...
Afriyanto Sikumbang
Afriyanto Sikumbang Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar mensyukuri apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dinamika Golkar, Antara Perpecahan dan Kekompakan

17 Desember 2019   14:29 Diperbarui: 18 Desember 2019   08:27 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto pada akhirnya menunjuk Bambang Soesatyo atau Bamsoet sebagai Wakil Ketua DPP Partai Golkar. Bamsoet pun, menurut Airlangga, telah bersedia menduduki posisi tersebut.

Drama kekisruhan Munas X Golkar yang berlangsung 3-6 Desember 2019 tidak berlarut. Mungkin inilah munas paling sukses dan mulus dibandingkan munas-munas sebelumnya sejak era Reformasi.

Sejak lengsernya Soeharto tahun 1998 yang sekaligus menandai tumbangnya Orde Baru dan lahirnya era Reformasi, Partai Golkar seringkali mengalami kekisruhan dan perpecahan, terutama saat pelaksanaan munas. Tidak sedikit petinggi dan kader Golkar yang hengkang.

Munas Golkar di awal era Reformasi tahun 1999 misalnya. Saat itu Akbar Tanjung bersaing dengan Jenderal Edi Sudradjat memperebutkan kursi Ketua Umum. Akbar akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum Golkar periode 1999-2004. 

Edi Sudradjat keluar dari Golkar dan mendirikan Partai Keadilan dan Pesatuan (PKP) yang kemudian berubah menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

Di Munas VII tahun 2004, giliran Jusuf Kalla yang maju menantang Akbar Tanjung. Kali ini Kalla yang terpilih menjadi Ketua Umum periode 2004-2009. Munas ini relatif berjalan aman, meski tetap saja ada gesekan-gesekan di antara elite partai.

Namun di periode kepemimpinan Kalla ini, 2 elite Golkar mundur, yaitu Wiranto dan Prabowo Subianto. Wiranto selanjutnya mendirikan Partai Hanura, sedangkan Prabowo membidani kelahiran Partai Gerindra.

Munas berikutnya tahun 2009 kembali diwarnai perpecahan. Aburizal Bakrie bersaing ketat dengan Surya Paloh untuk menjadi orang nomor 1 di partai beringin itu. Ical menang dan memimpin Golkar untuk periode 2009-2014.

Merasa kurang puas, Paloh akhirnya mundur dari Golkar dan mendirikan ormas Nasdem yang kemudian berubah menjadi partai Nasdem.

Pada Munas IX tahun 2014 prahara kembali terulang. Bahkan inilah munas paling kacau dan paling panas sepanjang sejarah Golkar. Kali ini giliran Agung Laksono yang berseteru dengan Ical.

Perseteruan meruncing hingga terjadi dualisme kepengurusan hasil dari dua munas. Ical terpilih menjadi Ketua Umum pada Munas di Bali, sedangkan Agung menjadi Ketua Umum hasil Munas di Ancol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun