Mohon tunggu...
Afriyadi Sofyan
Afriyadi Sofyan Mohon Tunggu... Dosen - Saya adalah seorang pendidik dan pembelajar dari UNNES

Saya lahir di Musi Rawas (Kota Lubuklinggau) Provinsi Sumatera Selatan, saat ini berdomisili di Kota Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inovasi Bimbingan Kelompok Berbasis Sosiodrama dan Dialog Socrates Tingkatkan Kesadaran Bahaya Kekerasan Seksual

28 Oktober 2024   22:00 Diperbarui: 28 Oktober 2024   22:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc Sisca: Usai melaksanakan seminar proposal penelitian

Kekerasan seksual masih menjadi isu kompleks dan signifikan di berbagai lingkungan, termasuk perguruan tinggi. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2023), 35% kasus kekerasan berbasis gender terjadi di lingkungan pendidikan, dengan 87,91% di antaranya merupakan kekerasan seksual. Kompleksitas dan dampaknya yang signifikan pada fisik, psikologis, dan sosial korban mendorong perlunya upaya yang lebih sistematis dalam meningkatkan kesadaran tentang bahaya kekerasan seksual di kalangan mahasiswa.

Menanggapi persoalan tersebut, Sisca Folastri, kandidat doktor dari Universitas Negeri Malang, melalui disertasinya memperkenalkan model bimbingan kelompok inovatif yang menggabungkan teknik sosiodrama dan dialog Socrates, dengan muatan nilai-nilai Pancasila. Penelitian ini tidak hanya menawarkan solusi praktis, tetapi juga memberikan perspektif baru tentang pentingnya pendidikan karakter dalam membangun kesadaran kolektif. Ia dibimbing oleh promotornya yaitu Prof. Dr. IM Hambali, M.Pd., co-promotor pertama yaitu Prof. Dr. M Ramli, M.A. dan co-promotor kedua yaitu Prof. Dr. Sa'dun Akbar, M.Pd. Proposal penelitian yang ia buat itu memenangkan kompetisi pengajuan hibah dana penelitian disertasi yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Malang pada tahun anggaran 2024.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap bahaya kekerasan seksual melalui pendekatan inovatif yang tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga partisipatif. "Kesadaran mahasiswa tidak hanya berfungsi sebagai mekanisme perlindungan diri, tetapi juga membantu membangun norma sosial yang sehat dan inklusif," ujar Sisca dalam disertasinya.

Mengatasi Tantangan Kesadaran Kekerasan Seksual di Kampus

Perguruan tinggi seharusnya menjadi ruang aman bagi mahasiswa, namun masih banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi dan sering kali tidak dilaporkan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran, stigma sosial, dan ketimpangan relasi kuasa antara pelaku dan korban. Berdasarkan survei yang dilakukan pada Desember 2022 di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, 60% mahasiswa menyatakan bahwa mereka memiliki kesadaran sedang tentang bahaya kekerasan seksual, sementara sebagian korban mengaku takut melaporkan kasus yang dialami karena ancaman dari pelaku.

"Kesadaran tentang bahaya kekerasan seksual sangat penting, tidak hanya untuk perlindungan diri, tetapi juga untuk membangun norma sosial yang lebih sehat," jelas Sisca dalam wawancara terkait penelitiannya. Upaya konvensional dalam meningkatkan kesadaran melalui seminar dan kampanye dinilai belum optimal, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih partisipatif dan kontekstual.

Model Bimbingan Kelompok: Sosiodrama dan Dialog Socrates

Penelitian ini menawarkan pendekatan baru melalui kombinasi teknik sosiodrama dan dialog Socrates. Sosiodrama adalah teknik yang memungkinkan peserta memerankan situasi sosial terkait kekerasan seksual secara spontan, sehingga mereka dapat merasakan dampak emosional dari kejadian tersebut. Teknik ini efektif dalam membangun empati dan pemahaman mendalam tentang masalah sosial.

Sementara itu, dialog Socrates memfasilitasi diskusi kritis dan reflektif yang membantu mahasiswa mengembangkan pola pikir rasional dan argumentatif. Dalam konteks ini, nilai-nilai Pancasila seperti kemanusiaan, persatuan, dan keadilan diintegrasikan ke dalam proses diskusi untuk memperkuat pendidikan karakter.

"Keunggulan model ini terletak pada dua teknik utama yang digunakan, yaitu sosiodrama dan dialog Socrates," jelas Sisca. "Melalui sosiodrama, mahasiswa bisa memahami sudut pandang korban, sementara dialog Socrates membantu mereka mempertanyakan dan mengevaluasi pemikiran serta sikap mereka sendiri terhadap kekerasan seksual," tambah Sisca.

Doc Sisca: Pelaksanaan bimbingan kelompok
Doc Sisca: Pelaksanaan bimbingan kelompok

Dampak Positif dan Rekomendasi Implementasi

Penerapan model bimbingan kelompok ini terbukti mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang berbagai bentuk kekerasan seksual, termasuk kekerasan verbal dan kekerasan berbasis teknologi. Selain itu, mahasiswa juga belajar tentang pentingnya melaporkan kasus kekerasan dan memberikan dukungan kepada korban.

"Melalui penerapan model ini, kami berharap dapat membangun lingkungan kampus yang lebih inklusif dan aman," kata Sisca. Ia juga merekomendasikan agar model ini diterapkan secara lebih luas di berbagai kampus dan diadaptasi untuk kebutuhan sekolah formal.

Penelitian ini menekankan pentingnya kolaborasi antara konselor, dosen, dan mahasiswa dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Konselor diharapkan dapat menggunakan panduan yang dikembangkan dalam penelitian ini untuk mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling, sementara dosen dapat mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan akademik sehari-hari.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meskipun model ini telah menunjukkan efektivitas, Sisca mengakui bahwa masih ada tantangan dalam penerapannya, terutama terkait keterbatasan waktu dan sumber daya. Ia juga menyarankan agar penelitian lanjutan dilakukan dengan skala yang lebih besar dan melibatkan berbagai institusi pendidikan.

"Kami berharap penelitian ini menjadi titik awal untuk upaya yang lebih terstruktur dalam menangani kekerasan seksual di lingkungan pendidikan," ujar Sisca. "Kesadaran yang tinggi dan pendidikan karakter yang kuat adalah kunci dalam mencegah kekerasan seksual dan membangun generasi yang lebih peduli dan empatik."

Rekomendasi: Membangun Pendidikan Berbasis Karakter dan Nilai Pancasila

Disertasi ini merekomendasikan agar konselor dan lembaga pendidikan tinggi menggunakan model bimbingan ini sebagai pedoman dalam meningkatkan kesadaran dan pencegahan kekerasan seksual. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam model ini diharapkan dapat memperkuat pendidikan karakter dan membangun kesadaran mahasiswa akan pentingnya norma sosial dan empati.

"Integrasi nilai Pancasila memungkinkan mahasiswa tidak hanya memahami, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai seperti kemanusiaan dan keadilan dalam kehidupan mereka sehari-hari," ujar Sisca.

Menuju Kampus Bebas Kekerasan Seksual

Dengan meningkatnya kasus kekerasan seksual di kampus, penerapan model bimbingan kelompok berbasis sosiodrama dan dialog Socrates menjadi langkah strategis. Model ini tidak hanya efektif dalam meningkatkan kesadaran, tetapi juga membangun keterampilan sosial dan komunikasi mahasiswa.

Penelitian Sisca Folastri menawarkan solusi inovatif dalam meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang bahaya kekerasan seksual melalui pendekatan bimbingan kelompok berbasis sosiodrama dan dialog Socrates dengan nilai-nilai Pancasila. Model ini tidak hanya relevan dalam konteks akademik, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam membangun budaya pendidikan yang lebih inklusif dan berkarakter.

"Kami berharap model ini menjadi inspirasi bagi kampus-kampus lain untuk mengambil langkah preventif dalam menangani kekerasan seksual," tutup Sisca.

Penelitian Sisca Folastri memberikan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan dan bimbingan konseling, dengan harapan bahwa ke depannya, lingkungan kampus akan menjadi lebih aman dan inklusif bagi seluruh mahasiswa. Dengan harapan bahwa kampus-kampus di Indonesia dapat menjadi ruang yang aman bagi seluruh mahasiswa, model ini diharapkan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya untuk mengambil langkah konkret dalam pencegahan kekerasan seksual.

Penulis

Afriyadi Sofyan. (Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Konselor, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi, Universitas Negeri Semarang; Mahasiswa Doktoral, Program Studi S3 Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun