Mohon tunggu...
Afrinaldi Saputra
Afrinaldi Saputra Mohon Tunggu... Wartawan -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mendaki Gunung Marapi Sumatera Barat

5 Januari 2016   09:24 Diperbarui: 22 Januari 2017   21:46 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

31/Desember/2016

Hari ini sedikit mendung, memang sekarang masih musim hujan. Pagi-pagi sekali saya bersiap untuk memenuhi hasrat hati yang sudah sekian lama ditahankan, mendaki gunung. Ya, hari ini saya akan mendaki gunung tertinggi kedua di Sumatera Barat, gunung Marapi. Kami hanya berempat, (Afrinaldi saputra,Afdalil Zikri,Jabra Antoni,danZulfa Hendra. Saya berangkat dari Solok sedangkan zikri,toni dan Sihen dari Alahan Panjang. Hendra sudah biasa mendaki gunung, jadi dia yang menjadi guide kami.

Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif yang terletak di Kab. Agam dan Kab. Tanah Datar dengan ketinggian 2891 mdpl. Jalur pendakian yang biasa digunakan adalah dari Koto Baru. Waktu tempuh dari Solok ke Koto Baru sekitar 1 jam dengan sepeda motor.

Kami berangkat dari Solok sekitar pukul 10.30 dan sampai di koto baru hampir jam 12.00 siang,itupun juga termasuk lambat karna ban motor ShogunR 110 tahun 90an yang saya bawa mengalami bocor ban, Kami memang janjian di pasar koto baru untuk berhenti, disana ada beberapa pedagang yang menjual berbagai keperluan mendaki. Biasanya memang para pendaki membeli disitu jika ada perlengkapan yang kurang. Dari pasar koto baru menuju pos pendakian sekitar 5-10 menit melewati jalan yang disekelilingnya ladang milik warga. Karena disini daerahnya dingin, maka warga disini hannya menanam sayur-sayuran tidak seperti di solok yang sawahnya didominasi oleh padi.

Setelah memarkir motor di pos dan mendaftar kami mulai berjalan kaki. Tarif parkirnya Rp 10.000/motorr dan daftar Rp 10.000/orang. Sudah banyak sekali yang mendaki, pas kami sampai di pos saja sudah ramai sekali karena sabtu-minggu memang banyak orang yang memanfaatkannya untuk mendaki terutama mahasiswa.

Pukul 13.00 kami mulai berjalan, jalannya masih bagus sudah ditembok tapi sangat menanjak. Karena saya kurang persiapan fisik, tidak ada olahraga sama sekali baru sedikit jalan saya sudah ngos-ngosan dan sering berhenti sehingga sedikit memperlambat perjalanan. Tapi teman-teman tak mempermasalahkan, karena tujuan kami sampai dipuncak dengan selamat bukan paling cepat. Setengah jam berjalan kami sampai di sebuah pondok, nama daerahnya katanya pesanggrahan. Disitu sudah banyak juga pendaki yang istirahat baik yang baru turun atau baru akan naik. Kami istirahat sebentar, Setelah dzuhur kami melanjutkan perjalanan dan kami bertambah ramai karena ada satu rombongan dari Pekan Baru yang ingin mendaki bersama kami, mereka baru pertama kali ke Marapi.

Kami memasuki hutan bambu, jalan setapak yang lembab karena mungkin sebelumnya hujan. Kami sempat mengambil air minum untuk persediaan di mata air koncek/mata air kodok namanya, di mata air itu memang banyak anak kodok -_-. Sepanjang perjalanan kalau kita bertemu dengan pendaki lain harus saling menyapa dengan panggilan pak atau buk. Di awal perjalanan ada dua warung yang berjualan makanan dan minuman. Perjalanan terasa semakin melelahkan ketika jalan sudah mulai menanjak, saya semakin sering berhenti. Agar tak terlalu memperlambat perjalanan, jabra antoni yang membawa tenda mendaki lebih dulu agar bisa mendapat tempat kemah. Kami bertiga mengikuti di belakang dengan santai. Mendekati maghrib kami hampir sampai di tempat kemah, saya sudah sangat letih dan rasanya mau menyerah. Namun ketika melihat langit senja, matahari di balik Singgalang rasa lelah itu sedikit terobati. Kami kemah di pintu angin, karena tempat kemah biasanya di Cadas sudah banyak sekali yang kemah.kamipun mempersiapkan tenda yang kami bawa dan memasang untuk tidur dimalam hari.

Pukul 20.00 Wib kami dilanda badai yang dahsyat angin beserta hujan yang melanda dimalam itu membuat kami sangat kedinginan dan tidak bisa tidur malam itu,kamipun mencoba memasak/merebus singkong yang saya bawa sambil menunggu perayaan pergantian tahun baru,tidak sabar rasanya ingin melihat kembang api di jam gadang bukit tinggi dari kejahuan,tepat pukul 00.00 Wib suasana yg kami nantipun datang juga kamipun keluar dari tenda,rasa letihpun hilang seketika oleh pemandangan gepercik kembang api disekitar puncak gunung,dan gemercik kembang api di Jam gadang Bukit Tinggi,walau hanya dapat kami lihat dari jauh itupun dengan kelihatan rada2 jelas karna terhalang oleh awan hitam dipuncak marapi.

Pukul 05.00 pagi kami bangun dan melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung, walau tidak sedingin semalam tapi tetap saja saya masih pakai jaket 2 lapis.perjalanan kami lanjutkan dengan melalui pasir dan bebatuan menuju puncak yang katanya memiliki pemandangan yang sangat menawan.sambil bercanda gurau kami bejalan dengan pelan pelan aja, Kelihatannya sudah dekat tapi masih jauh terasa karena jalannya sangat menanjak. Tapi akhirnya saya sampai juga di puncak dan melihat sunrise yang begitu indah,dengan pemandangan sekeliling terlihat Kota Bukit Tinggi,Kota Padang,Padang Panjang.

Foto oleh:Afrinaldi,zikri,toni,hendra.

Cuaca pagi itu sangat bersahabat, cerah sekali. Terlihat gagahnya gunung Singgalang dan Tandikat. Banyak pendaki sedang berfoto di sekitar Tugu Abel Tasman, tapi saya tidak langsung kesana. Saya masih menikmati pemandangan yang menakjubkan itu, akhirnya gunung Marapi yang biasanya hanya saya lihat dari Padang Panjang kini saya berada di atasnya.

Ada yang bilang, dakilah gunung-gunung atau datangilah pantai-pantai mungkin kau akan lebih mengerti hidup. Ya bisa jadi, dengan berada ditempat tinggi ini terlihatlah betapa kecilnya kita. Bukan apa-apa, jadi tak ada yang patut di sombongkan sedikitpun. Jika Tuhan berkehendak, ketika kami berada di puncak bisa saja gunung itu meletus dan jadilah kami bagai anai-anai yang berterbangan. Mendaki juga mengajarkan betapa tidak mudahnya mencapai tujuan atau mewujudkan harapan kita. Butuh usaha dan perjuangan, akan banyak hambatan untuk mencapainya baik dari diri sendiri maupun lingkungan. Namun ketika sudah sampai di puncak, kita akan merasakan betapa indah hasilnya memang hasil tak akan pernah mengkhianati usaha,bak kato kawan ambo Rozak.

Setelah puas menikmati pemandangan disekitar puncak gunung kamipun kembali ketenda untuk mempersiapkan peralatan untuk turun,tepat jam 11.00 siang kami memulai langkah kembali untuk turun,kami bertemulagi dengan medan terjal dan banyak bebatuan tajam yang beresiko tinggi terhadap keselamatan kami menuju kaki gunung kembali,setengah jam menempuh perjalan saya terpeleset dan kaki saya tergores oleh bebatuan tajam dan akirnya saya tidak bisa membawa karel saya,tini teman sayapun menggantikan membawanya.

(Afrinaldi/Crg)

6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun