Mohon tunggu...
Afrina Alivia Inatsa
Afrina Alivia Inatsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa psikologi yang tentunya masih haus akan ilmu dan pengalaman baru. Berusaha mempelajari hal baru setiap hari, menyukai ketenangan dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepsi Warna: Menggali Proses Biologis dan Psikologis

12 Mei 2024   05:00 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indera merupakan sistem fisiologi pada tubuh manusia yang berfungsi sebagai penerima rangsangan dari lingkungan sekitarnya. Indera mengenali, merasakan, dan menanggapi insentifitas secara fisik yang terjadi di luar tubuh manusia. Manusia memiliki 5 indera yang disebut pancaindera yang meliputi:

  • Penglihatan (mata)
  • Pendengaran (telinga)
  • Pengecapan (lidah)
  • Penciuman (hidung)
  • Peraba (kulit)

Setiap indera melakukan tugasnya dengan mengirim informasi menuju otak sehingga manusia dapat memahami serta berinteraksi dengan lingkungannya. Mata merupakan sistem optik yang digunakan manusia untuk melihat dengan menangkap cahaya, mengatur intensitas cahaya yang kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan dikirim ke otak menjadi suatu gambaran. Lobus oksipital adalah bagian otak yang mengoperasikan sistem optik ini. Berikut adalah bagian-bagian anatomi mata:

Sistem visual memungkinkan manusia menavigasi dunia, melihat benda-benda dan warna. Persepsi warna menjadi salah satu aspek penting dari indera penglihatan dan merupakan hasil biologis serta psikologis yang sedemikian rumit. Proses mengenali dan membedakan warna merupakan mekanisme di mana mata, sistem saraf, dan otak bekerja bersama-sama untuk memungkinkan kita melihat dan memahami spektrum warna. Mekanisme biologis yang memungkinkan kita membedakan berbagai warna bermula saat mata mendeteksi cahaya. Mata memiliki tiga tipe sel reseptor yang masing-masing peka terhadap rentang panjang gelombang cahaya tertentu: reseptor untuk cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang (600-700 nm), reseptor untuk panjang gelombang sedang (500-600 nm), dan reseptor untuk panjang gelombang yang lebih pendek (400-500 nm). Saat cahaya ini mencapai retina, sel-sel reseptor tersebut mengirim sinyal ke otak, yang kemudian diinterpretasikan sebagai warna yang kita perhatikan. Pada mekanisme biologis ini, sel kerucut memiliki peran yang sensitif terhadap cahaya terang sehingga ia bertanggung jawab atas penglihatan warna. Otak menggunakan masukan dari sel kerucut ini sebagai pencipta persepsi warna.

  • Proses Psikologis Persepsi Warna

Proses ini melibatkan kerja sama yang kompleks antara mata, sistem saraf, dan otak. Sinyal yang dikirim sel kerucut ke otak kemudian diolah di korteks visual yang mengintegrasikan aspek penglihatan seperti ketajaman visual, penglihatan warna, dan persepsi kedalaman dan membentuk gambaran keseluruhan dari lingkungan yang dilihatnya. Menurut proses psikologisnya, persepsi warna tidak hanya dipengaruhi oleh sifat fisik cahaya, namun juga konteks visual, pengalaman yang dialami sebelumnya, emosi, bahkan bahasa yang digunakan untuk mendeskripsikan warna. Dalam proses ini, informasi visual, sensori, dan emosi diolah sehingga otak membandingkan informasi dari reseptor retina dengan informasi dari pengalaman sebelumnya juga konteks situasi saat ini sebagai pembangun persepsi warna yang lebih akurat. Selain itu terdapat beberapa faktor yang membedakan warna melalui proses psikologis ini antara lain pengalaman, budaya, dan konteks. Warna yang sama dapat menjadi berbeda bila dilihat dari pengalaman, budaya, dan konteks atau situasi yang berbeda pula.

Warna memiliki kemampuan untuk memicu emosi yang dapat mengubah perasaan dan tindakan seseorang secara mendadak, yang dikenal sebagai reaksi psikologis. Pengaruh warna terhadap persepsi dapat memicu penilaian berdasarkan logika yang berkaitan dengan makna yang serupa. Ini berfungsi sebagai stimulus visual yang menarik, meningkatkan keinginan, perasaan, dan emosi, sehingga membentuk suasana hati. Kekuatan warna juga dapat menciptakan gambaran tentang suatu situasi atau kondisi, yang memfasilitasi pembentukan persepsi yang spontan dan ekspresi pikiran. Oleh karena itu, warna memegang identitas yang kuat dalam membantu manusia merespons hal-hal yang menarik perhatian mereka.

Proses biologis dan psikologis dalam memahami warna sangat mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Warna berbeda-beda dalam arti dan dampak psikologisnya, yang bisa mempengaruhi perasaan dan tindakan kita, seringkali tanpa kita sadari. Contohnya, biru bisa membuat kita merasa lebih rileks, sementara merah bisa membuat kita lebih bersemangat dan penuh energi. Warna juga bisa mempengaruhi keputusan kita, termasuk dalam hal membeli sesuatu. Dalam dunia pemasaran dan desain, sangat penting untuk mengerti bagaimana warna dilihat oleh orang-orang karena ini bisa menarik perhatian mereka dan memberi tahu mereka tentang produk yang dijual. Desainer menggunakan warna untuk membuat suasana tertentu di suatu tempat atau pada suatu objek, yang bisa menuntun perhatian pembeli.

Warna lebih dari sesuatu yang kita lihat; ia memiliki dampak yang mendalam pada emosi dan psikologi, mempengaruhi cara melihat dunia, merasa, dan bertindak. Fakta bahwa warna dapat membangkitkan perasaan menunjukkan pentingnya memahami efeknya dalam berbagai situasi, seperti dalam pemasaran, desain, atau bahkan dalam interaksi kita sehari-hari. Dengan pengetahuan ini, kita bisa menggunakan warna untuk membuat pengalaman yang lebih hidup, menawan, dan penuh arti bagi setiap orang.

Referensi:

Budiarti, I. S. (2023). Indra Penglihatan; Mata. Jakarta: Bumi Aksara.

Paksi, D. N. (2021). Warna dalam Dunia Visual. Imaji, 90-97.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun