Aku menikah dg seorang laki-laki berkebangsa'an Saudi Arabia,bernama Ali di awal tahun 2010. Dia duda cerai. Aku mengenalnya sa'at aku menjalankan ibadah Haji th 2009/1430 H, di negara itu. Dia yg menolongku sa'at aku tersesat dan tak tau arah. Aku simpati akan ketulusannya dan dia yg sudah bisa berbicara bahasa Indonesia walaupun agak susah dimengerti, tapi sangat menenangkan aku. Ucapannya yg lucu jadi hiburan untukku. Dan kita bertukar no tlpn.
Akhirnya hubungan kami trs berlanjut hingga aku kembali ke tanah air. Dia orangnya suka bergurau, melucu, membuatku tertawa. Hubungan kami lancar-lancar aja dan dia mampu membuat hatiku yg semula kecewa dg suami pertama mulai berani membuka hati lagi untuk makhluk yg bernama laki-laki. Dia yg walau usia terpaut jauh sekali dg aku, mampu membuat aku merasa terlindungi, merasa dihargai, merasa dicintai. Dan dia minta restu orang tuaku. Mulanya orang tuaku tidak setuju untuk merestui cinta kami. Ibuku takut kalau aku nantinya dibawa jauh ke negaranya setelah menikah. Namun akhirnya keluarga merestui kami.
Dia datang ke Indonesia,melamar dan menikahiku. Kami menikah di rumahku tgl 25 Juni 2011. Dan kami pergi ke Filipina untuk mengikuti bisnisnya disana selama 2 minggu. Kebersamaan kami lewati dg bahagia. Sekembalinya ke tanah air kami habiskan waktu bersama keluargaku. Dia tinggal di Indonesia selama 2 bln. Tiba waktunya dia hrs kembali ke negaranya. Waktu itu pas bulan puasa. Hampir tiap hari dia menghubungi aku via hand phone. Aku menikmati cinta jarak jauh.
Tiga bulan setelah dia pulang, dia bilang mau datang lagi. Dan benar saja dia kembali berada di sampingku pd bulan November. Aku merasa dia benar-benar mencintai aku. Dia menyayangi aku. Setelah bulan dia pulang ke negaranya. Aku dan keluargaku mengantarnya sampai di Bandara.
Dan ada beban yg dia tinggalkan untukku. Ya..dia minta ijin untuk menikah dg perempuan lain di negaranya. Dan memang sudah menjadi hal biasa bagi yg berkebangsaan Arab menikahi lebih dari satu perempuan. Dia menceritakan ttg perempuan itu keluarganya yg mengenalkan. Dan perempuan itu sudah tau ttg aku sebagai istri pertama. Katanya si perempuan mau menerima keadaan itu, dan akupun harus mau menerima dia, sepahit apapun. Aku tidak kuasa menghalangi pernikahan suamiku dg perempuan itu yg rencananya akan dilangsungkan pertengahan bulan ini. Memang suamiku berjanji akan adil terhadap aku dan istri barunya. Dia berjanji akan membawaku ke negaranya suatu sa'at nanti. Tapi rasa sakit di dada ini teramat perih. Apa yg bisa aku lakukan, hanya pasrah pd yg Kuasa, mohon ketabahan dan kekuatan. Selain hanya air mata yg setiap sa'at menemaniku mengadu pd yg Maha Pengasih. Aku nggak tau lagi kepada siapa aku bisa berbagi perih ini, makanya aku coba luahkan isi hatiku pd kompasiana. Aku tak ingin menyimpannya sendirian.
Ya Allah, padaMU kupasrahkan segalanya, bimbing aku ya Allah,ikhlaskan hatiku menerima takdirMU.
Ya Allah, beri aku kekuatan menghadapi semua ini. Aku percaya ada sesuatu yg baik di balik semua perih ini.
Ya Allah, Engkau yg Maha tau apa yg terbaik untuk setiap umatMU.
Ya Allah, jauhkan rasa putus asa dari hatiku , agar aku sentiasa berada di jalanMU.
Kompasiana yg mungkin mengenalku aku berharap krm kabar untukku. Terima kasih.
Curahan hati seorang wanita. Ini semua kenyataan yg hrs aku hadapi, bukan karangan sebagai cerpen.
anisha-semarang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H