Untuk pejuang penyakit jantung koroner, keluarga, dan orang-orang yang ikut berjuang bersama mereka.Â
Penyakit jantung koroner (PJK) masih menjadi momok menakutkan dalam dunia kesehatan. Berdasarkan penjelasan yang didapat dari website Alodokter, penyakit yang masuk dalam kategori cardiovascular diseases (CVDs) ini merupakan kondisi ketika  arteri koroner atau pembuluh darah di jantung tersumbat oleh timbunan lemak. PJK yang tidak ditangani dapat menyebabkan serangan jantung, gangguan irama jantung, atau gagal jantung.
WHO, dalam pernyataan di laman resminya, menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular masih menjadi penyakit utama yang menyebabkan kematian secara global. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa sekitar 17,9 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular. Angka ini menjadikan penyakit kardiovaskular sebagai penyakit yang menyumbang persentase kematian sebesar 32% di seluruh dunia, dengan pembagian terbesar berupa serangan jantung dan stroke.
Penyebab PJK
Lalu apa yang sebenarnya menyebabkan PJK? Sebelum saya masuk lebih jauh ke dalam penjelasan, perlu diketahui bahwa saya tidak memiliki keahlian dalam bidang ini. Maka semua fakta dan pengetahuan medis yang saya tulis di sini akan saya ambil dari sumber terpercaya. Â Sumber rujukan tersebut adalah buku Menaklukkan Pembunuh No.1: Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner secara Tepat dan Cepat keluaran tahun 2010. Buku ini ditulis oleh Dr. A. Fauzi Yahya, Sp.J.P.(K), FIHA, seorang dokter ahli intervensi jantung dan pembuluh darah di Bandung.
Dalam bukunya, beliau menjelaskan bahwa penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh adanya "bubur kolesterol" dengan campuran sel-sel radang, sel-sel otot polos, jaringan ikat, dan kalsium. Para ahli  menyebut "bubur campur padat" itu sebagai plak aterosklerosis.
Hal yang mengerikan dari PJK dan penyakit-penyakit kronis lainnya adalah banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami proses dari penyakit tersebut. Hal ini disebabkan karena penyakit kronis semacam PJK biasanya terjadi dalam kurun waktu yang lama atau terjadi secara pelan-pelan. Efek terparah dari banyak penyakit kronis termasuk PJK tidak akan langsung muncul begitu saja, biasanya ditandai dengan penurunan kondisi tubuh sebagai peringatan bahwa ada yang tidak beres dalam tubuh kita.
Untuk kasus PJK misalnya, Dr. A. Fauzi Yahya menjelaskan bahwa endapan "bubur kolesterol" yang menjadi plak aterosklerosis itu terbentuk di dalam dinding pembuluh darah secara diam-diam selama puluhan tahun. Bahkan prosesnya bisa mulai berlangsung sejak masa kanak-kanak. Ada fakta menarik yang beliau tulis, bahwa pada hasil otopsi terhadap serdadu-serdadu muda Amerika yang terbunuh di usia rata-rata 22 tahun dalam Perang Korea, ditemukan bahwa 77% Â pembuluh koroner mereka sudah mengalami proses penyempitan dalam berbagai tingkatan.
Kolesterol Bukanlah Penyebab Tunggal PJK
Perlu diketahui bahwa lonjakan kolesterol bukanlah faktor tunggal yang menyebabkan seseorang mengidap PJK. Dan perlu diingat pula bahwa kolesterol tidak selamanya buruk, karena faktanya kolesterol pada kadar normal memang dibutuhkan bagi tubuh, misalnya sebagai bahan dasar pembentukan beragam hormon.
Kolesterol akan menjadi masalah ketika mengalami lonjakan dan kemudian masuk ke dalam dinding pembuluh darah. Secara teori, dijelaskan bahwa endapan kolesterol dapat terbentuk karena adanya gangguan pada sel endotel, yaitu sel pelapis yang bertugas menjaga kesatuan dinding dalam pembuluh koroner.
Gangguan tersebut berasal dari banyak hal seperti tekanan darah tinggi, kenaikan kadar gula darah yang tinggi, racun nikotin rokok karena kebiasaan merokok, kolesterol jahat dalam jumlah banyak, dan faktor genetik. Selain itu, usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki juga ternyata memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita PJK. Ketujuh hal yang saya sebutkan tadi, di dalam buku disebut sebagai faktor-faktor risiko kardiovaskular. Ngerinya, semakin banyak faktor risiko yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan terkena penyakit ini.
Ketika Keluhan PJK Mulai Menghantui dan Serangan Jantung Terjadi
Tumpukan kolesterol jahat dan kawan-kawan yang mendiami dinding koroner akan semakin banyak seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya, liang koroner akan menyempit dan ketika penyempitan sudah mencapai 70% atau lebih, penderita biasanya akan mulai merasakan keluhan.
Apakah pembaca pernah merasakan keluhan saat menaiki tangga, mengangkat beban berat, atau berlari? Rasanya seperti tidak enak di dada, seolah-olah sedang ditindih beban berat dan terasa capek. Padahal aktivitas fisik yang dilakukan biasa saja. Almarhum ayah saya yang dulu menderita PJK bahkan merasakan lelah hanya karena melakukan aktivitas sederhana seperti mandi atau menyikat gigi.
Jika kita sering menemukan keluhan-keluhan tersebut muncul, mungkin perlu diwaspadai dan dikonsultasikan ke dokter. Jangan melakukan self diagnose, karena meskipun nyeri dada biasanya identik dengan penyakit jantung, ada juga loh yang karena disebabkan penyakit selain jantung atau kondisi tubuh lainnya. Pergilah ke dokter ahli untuk mendapatkan informasi dan penanganan yang tepat.
Segala keluhan di atas biasanya akan hilang ketika penderita beristirahat atau menghisap obat nitrat yang diletakkan di bawah lidah. Namun, ada kondisi lain yang perlu diwaspadai. Jika muncul rasa sakit di dada secara tiba-tiba, keluarnya keringat dingin dan berlangsung lebih dari 20 menit  serta tidak berkurang dengan istirahat, bisa jadi ini merupakan serangan jantung. Serangan jantung terjadi apabila pembuluh koroner tiba-tiba menyempit parah atau tersumbat total.
Pembuluh koroner yang tiba-tiba menyempit atau tersumbat itu dapat terjadi karena ada endapan rapuh dalam pembuluh koroner (jumlahnya bisa satu atau lebih), yang kemudian retak atau pecah sehingga memicu gumpalan darah yang bisa menyempitkan liang koroner secara tiba-tiba.
Jika kita atau orang di sekitar kita mengalami pertanda seperti serangan jantung, maka hal pertama yang penting untuk dilakukan adalah segera ke rumah sakit. Tidak perlu menunggu sampai dua puluh menit, apalagi jika kita atau mereka memiliki risiko PJK. Dan serangan jantung tidak harus selalu ditandai dengan nyeri di bagian dada. Ia bisa menjalar ke leher, bahu, ulu hati, kedua lengan, bahkan punggung. Jadi, segera ke rumah sakit adalah pilihan terbaik.
Referensi:Â
Yahya, Fauzi. A. 2010. Menaklukkan Pembunuh No.1: Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung: Qanita.
WHO. Cardiovascular diseases (CVDs). Diakses tanggal 18 November 2022.
Alodokter. Penyakit Jantung Koroner. Diakses tanggal 18 November 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H