"Desain kaya gini aja sampai 300k?! Mahal banget, sih!" -Klien desain.
Â
Pernahkah kamu mendapati komentar seperti itu sebagai seorang desainer grafis? Kamu merasa tidak terima dengan apa yang mereka katakan. Seolah-olah kamu ingin memberi perlawanan dengan cara menjelaskan bagaimana susahnya proses desain, seperti membutuhkan waktu untuk memikirkan ide, membutuhkan laptop, listrik, sampai bahkan biaya per bulan untuk software yang digunakan, belum lagi desainer grafis menghadapi creative burntout.
Desainer grafis pasti sering mendengar anggapan orang bahwa desain grafis hanya sebagai elemen tambahan tanpa memahami dampak strategisnya dalam membangun merek atau mengomunikasikan pesan bisnis dalam bentuk visual. Sebagai hasilnya, klien desain akan membayar dengan harga yang kecil atau bahkan hanya 1M "Makasih, Kak.". Akhirnya desainer grafis menyadari satu hal, bukan pada kurangnya keterampilan dan usaha, tetapi pemahaman klien desain tentang nilai sebenarnya dari desain grafis.
Desainer grafis ialah profesional yang kreatif & bertanggung jawab untuk menghasilkan elemen visual yang menarik dan efektif dalam menyampaikan pesan. Tugas utama desainer grafis adalah melibatkan pengembangan konsep visual, perancangan layout, serta pemilihan elemen estetika seperti warna, tipografi, dan gambar.Â
Desainer grafis menggunakan perangkat lunak atau software seperti Adobe Illustrator, Photoshop, Procreate, dan sejenisnya untuk mengubah ide-ide menjadi karya visual yang menarik dan memiliki makna. Dalam mengerjakan tugas, desainer grafis membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi warna, tren desain terkini, dan kebutuhan target audiens. Desainer grafis juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang kuat untuk berkolaborasi dengan klien desain dan tim proyek. Sebagai pemain kunci dalam komunikasi visual, desainer grafis menduduki posisi strategis dalam membantu bisnis menyampaikan pesan mereka dengan efektif.
Desainer grafis dapat menciptakan identitas merek yang kuat, sebagai contohnya yaitu pada logo Adidas. Seperti yang ditulis oleh Bagas Prasetyo pada artikel yang berjudul "Logo-logo Terkenal di Dunia Beserta Maknanya" yang diterbitkan di situs Sepulsa (2022) mengatakan bahwa "Nama Adidas berasal dari pendirinya Adolf Dassler. Logo Adidas selalu memperlihatkan bentuk 3 garis yang berdekatan. Adidas telah mengubah bentuk logonya, terkadang mengadopsi konfigurasi segitiga. Logo ini melambangkan gunung yang merupakan tantangan yang harus diatasi oleh semua atlet.". Oleh karena itu, peran desainer grafis dalam pembuatan logo adidas tidak hanya menciptakan simbol visual saja, namun juga symbol visual yang memiliki makna. Desain logo adidas menggambarkan semangat tantangan dan prestasi, memberikan kesan kuat akan daya tahan dan keuletan. Hal ini menunjukkan bahwa desainer grafis memainkan peran penting dalam merancang elemen visual yang tidak hanya mencerminkan citra merek tetapi juga menyampaikan pesan yang mendalam dan inspiratif kepada audiens.
John E. Arnold adalah seorang profesor teknik mesin Amerika dan profesor administrasi bisnis di Universitas Standford yang menggunakan istilah design thinking sebagai penulis pertama dalam bukunya yang berjudul "Creative Engineering" pada 1959. Beliau membedakan 4 bidang pemikiran desain, antara lain:Â
- Fungsionalitas baru, yaitu solusi yang memenuhi kebutuhan baru atau memenuhi kebutuhan lama dengan cara yang benar-benar baru.
- Peningkatan kinerja solusi.
- Mengurangi biaya produksi.
- Peningkatan hasil penjualan.
Lantas L. Bruce Archer menanggapi gagasan John E. Arnold tersebut pada tahun 1965, menjelaskan bahwa design thinking itu perlu dilakukan secara sistematis. Lalu Herbert Simon, seorang sosiolog dan psikolog Amerika, berkontribusi juga pada pemikiran ilmiah ini melalui artikelnya yang berjudul "The Sciences of The Artificial" diterbitkan pada tahun 1969. Dalam artikel tersebut, Simon memperkenalkan pendekatan kreatif untuk pemecahan masalah dalam menggunakan desain melalui 5 langkah, sebagai berikut:
- Emphatize, empathize adalah langkah awal dalam memahami pengalaman pelanggan, mencakup keluhan, keinginan, dan aspek lainnya. Pada tahap ini, kita harus memahami kebutuhan, batasan, perilaku, dan aspirasi pengguna. Empathize dilakukan melalui tiga cara: observe (mengamati ekspresi tubuh, kata-kata, dan perilaku), engage (berinteraksi dengan karyawan dalam diskusi santai terkait pengalaman mereka), dan immerse (mengalami langsung pekerjaan mereka untuk memahami pengalaman secara mendalam).
- Define, define ialah langkah berikutnya setelah Empathize, di mana kita memilih dan mendefinisikan permasalahan utama pelanggan yang perlu diselesaikan. Berdasarkan data dari tahap Empathize, kita mengidentifikasi insight dan pola yang muncul. Define berfokus pada permasalahan utama pengguna, hambatan yang dihadapi, dan harapan mereka.
- Ideate, ideate melibatkan pengumpulan ide sebanyak mungkin sebagai pemilihan alternatif terbaik setelah memahami pengguna dan masalah. Pada tahap ini tentunya melibatkan pembuatan mind-map untuk merancang solusi yang relevan dengan tantangan yang dihadapi.
- Prototype, prototype adalah proses membuat gambaran visual dari solusi agar menjadi konkrit dan dipahami. Tahap ini kita akan mengubah ide menjadi kenyataan. Prototype yang dibuatpun tidak harus sempurna, karena nantinya akan ada proses percobaan pada tahap setelah ini dan akan diperbaiki terus-menerus secara repetitif.
- Test, test adalah tahapan percobaan dari prototype yang telah dibuat dengan customer untuk memperoleh umpan balik mengenai solusi yang dibuat test. Setelah membuat prototype, kita wajib memeriksa apakah solusi yang kita berikan sudah benar-benar menjawab kebutuhan user.
Fakta ini dapat diperjelas dan harus diketahui oleh klien desain, karena ketika ada klien desain yang ingin memakai jasa desainer grafis, mereka menganggap dalam membuat desain hanya memerlukan waktu yang pendek. Bahkan ada beberapa klien desain yang menginginkan desain dibuat hanya dalam kurun waktu beberapa hari dan menit. Akibatnya, banyak desainer grafis yang merasa terbebani atau kurang dihargai.
Mengevaluasi karir sebagai seorang desainer grafis bukanlah tugas yang mudah. Perlu disadari bahwa desainer grafis bukan sekadar pencipta elemen estetika, melainkan mitra strategis yang mampu mengubah dan memperkuat brand image kliennya. Melihat lebih jauh, desainer grafis sebetulnya berada di garis depan evolusi teknologi dan tren desain, desainer grafis menghadapi tekanan untuk terus berinovasi dalam dunia yang terus berevolusi.Â
Pada kenyataannya, evaluasi karir seorang desainer grafis menjadi semakin kompleks ketika dihadapkan pada tuntutan untuk dapat menggabungkan keahlian artistik dengan pemahaman mendalam mengenai strategi bisnis. Tantangan inilah yang mengharuskan desainer grafis untuk tidak hanya menciptakan desain visual yang indah tetapi juga untuk merangkul peran sebagai penentu arah dalam mencapai tujuan bisnis klien desain.
Jadi marilah kita sadari, bahwa desainer grafis bukanlah profesi yang hanya sekadar tempel-menempel gambar dan elemen visual semata, namun sebagai tokoh kunci dalam komunikasi visual dan kesuksesan bisnis melalui pemikiran yang mendalam dan pemahaman strategis. Jika kamu masih saja tidak mau menghargai para desainer grafis dengan memberikan apresiasi dan timbal balik yang sesuai, ya, sudah. Akan tetapi, apakah kamu ingin bisnis yang kamu bangun hanya dikenal sebagai entitas yang kurang memperhatikan aspek visual dan komunikasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H